Semesta Bekerja Untuk Anies

Oleh: Ludiro Prajoko
(Analis Politik dan Pemerhati Bangsa)

GELAGAT semesta menunjukkan tengah bekerja untuk Anies menuju RI 1. Bermula dari kerja bersih dan prestatif Anies selama menjabat Gubernur DKI. Memicu gelombang kerja kerelawanan.

Prakarsa dan keswadayaan politik bertumbuh, menyebar luas, melahirkan Gerakan Relawan yang fenomenal.

Puluhan kanal Relawan Anies terbentuk disegenap penjuru negeri. Tentu gerakan itu amat penting dari semua aspek kontestasi-demokrasi. Mesin pendulang suara, sumber mendulang pelaku dalam pelaksanaan pemungutan suara serta kontrol publik untuk mencegah kecurangan. Kebutuhan yang tak mudah dipenuhi Parpol peserta Pemilu.

LJuga menarik dicatat. Terkait hantu politik identitas ciptaan para buzzeRp, yang dialamatkan ke Anies, Pemuda Pancasila merapat. Pilpres 2024, semua kader wajib pilih Anies, kata sang Ketua.

Gerakan Relawan Anies kiranya menstimulasi kerja politik yang diharapkan, mengingat Anies tak berada dalam naungan Parpol tertentu yang berhak mengusungnya menjadi Capres.

Partai NasDem, Demokrat, dan PKS, telah berproses sedemikian rupa, dan publik meyakini ketiga Parpol itu bakal berkoalisi mengusung Anies. Tentu banyak hal yang harus diberes-sepakati bersama. Salah satu isu krusialnya terkait sosok Cawapres.

Mencermati dinamika mereka, tak salah bila publik menganggap “telah tercapai understanding”. Dikabarkan, mereka akan mendeklarasikan Anies pada 10 November nanti.

BACA JUGA :  Anies dan Politik Dialektika

Tak aneh, lebih-lebih perkara politik, tindakan dilakukan tak sesuai rencana dan jadwal. Dan, hari ini, Senin, 3 Oktober 2022, bertempat di Tower NasDem, diumumkan kepada khalayak ramai, bahwa Anies sebagai (bakal) Capres Partai NasDem. Anies, dengan mengucap Bismillah, menyatakan siap jalan bersama.

Pasti disambut riuh tepuk tangan sukacita Relawan Anies. Mereka, sebelumnya, berikrar akan memilih Parpol yang mengusung Anies pada Pemilu nanti. Nampak kecerdikan NasDem dalam dinamika politik yang pelik ini. Dapat dipastikan, deklarasi NasDem atas persetujuan Demokrat dan PKS, sebagai langkah taktis strategis bersama, dengan pertimbangan utama: kejar-kejaran dengan upaya (KPK) menjegal Anies, yang telah tersiar luas.

Kedepan, kiranya menarik mencermati kemungkinan resiko-konsekuensi politik yang bakal ditanggung NasDem sebagai salah satu Parpol dalam blok koalisi, paska deklarasi itu. Bahkan, resiko yang mungkin menimpa tokoh kunci deklarasi, mengingat perangai hukum-politik Indonesia dewasa ini.

Kerja politik pen-Capres-an Anies tentu masih panjang dan berliku. Gelagat semesta tengah bekerja untuk Anies, juga ditunjukkan melalui kerja pembongkaran rencana jahat penjegalan Anies.

Diawali pernyataan politikus senior NasDem, Zulfan Lindan terkait upaya KPK gelar perkara Formula E. Lalu, pidato “turun gunung’ SBY, disusul unggahan video Andi Arief yang mengabarkan rencana jahat KPK, juga Istana. Kehebohan seputar itu disempurnakan Koran Tempo yang tuntas mewartakan rencana dan siasat jahat KPK menjegal Anies.

BACA JUGA :  Rakyat Mau Kepung Istana?

Sudah seharusnya kerja pembongkaran itu menggiatkan kerja etis (intelektual dan moral) kalangan pakar, akademisi, dan aktivis, lebih-lebih yang concern pada isu hukum – domokrasi. Jamiluddin Ritonga, pakar komunikasi politik berkomentar Jika Pemberitaan Tempo benar, Firli Bahuri harus mundur sebagai Ketua KPK.

Direktur YLBHI menilai tindakan Firli bagian dari rangkaian rusaknya KPK. Anies dikriminalisasi, negara hukum Indonesia runtuh, kata Hamdan Zoelva. Tamsil Linrung, anggota DPD RI mengkritik keras melalui artikel opininya: Ketua KPK tidak hanya menjegal Anies, tetapi menjegal demokrasi Indonesia.

Anthony Budiawan yakin ada pihak lain yang menginginkan Anies menjadi tersangka dengan menggunakan tangan Firli sebagai ketua KPK. Pasti terkait kontestasi Pilpres 2024, katanya. Ahli pidana Universitas Al Azhar, Prof Dr. Suparji Ahmad, terkait dugaan korupsi Formula E, tegas menyatakan: tidak ada peristiwa pidananya. Harus dihentikan.. Bahkan, pakar hukum pidana Unversitas Trisakti, Abdul Fickar Hadjar pedas menilai: Jika benar Firli melakukan itu. Inilah Ketua KPK yang paling kacau di dunia.

Bila penjegalan melalui Formula E – KPK terus dilakukan, tentu dengan cara mencabuli hukum, dapat dipastikan semakin menggelora kerja etis kaum intelektual. Perkara yang tak bisa diacuhkan oleh setiap negara-bangsa yang beradab.

BACA JUGA :  Capres HMI Versus Capres GMNI

Tentu, permainan masih jauh dari rampung. Apakah Anies telah aman dan bebas dari upaya penjegalan? Tak ada yang tahu pasti. Penjegalan berakhir dengan anti klimaks mungkin sesuatu yang sulit dibayangkan dalam benak khalayak. Kaum penjegal sangat mungkin terus bersiasat, mencari cara menjegal. Hasrat dan dinamika internal kaum penjegal akan menyeret mereka sampai ke satu titik.

Titik itu, bisa jadi: titik sadar. Titik menghidupkan kembali kesadaran menjunjung tinggi hukum dan demokrasi, kejujuran dan kebenaran. Bisa juga: titik hilang akal. Menilik peristiwa dan kegaduhan di negeri ini beberapa tahun terakhir, patut diduga, kaum penjegal mengindap kerentanan hilang akal.

Terlintas dalam ingatan, ketika Marcos sampai pada titik hilang akal. Lalu, tragedi menimpa Benigno Aquino. Di titik hilang akal, hal yang tak masuk akal dapat terjadi. Anies pasti amat meyakini, beriring kesulitan ada kemudahan. Juga, amat menyadari makna bersandar total hanya kepada Sang Maha Kuasa.

Semesta, sebagaimana diyakini Surya Paloh, tampaknya memang tengah bekerja melalui berbagai skema untuk Anies. Selebihnya, apapun titiknya, Anies, tokoh yang diyakini dan diandalkan membuka pintu restorasi Indonesia, memang harus dikawal dengan kerja, kesigapan, dan cara yang sesuai.

Komentar