Hari-Hari Terakhir Rezim Joko Sambo?

Oleh: Ludiro Prajoko
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

SEPANJANG pengalaman sejarah, penguasa penindas, di manapun, selalu melahirkan perlawanan rakyat. Kronik dan dinamikanya tergantung kekuatan masing-masing pihak. Lalu, sejarah mencatat: perang saudara, revolusi, pemberontakan, teror, kerusuhan sosial, gerakan protes, people power, mogok, demontrasi, ……… Ekspresi pertikaian khas manusia. Konten utama sejarah peradaban.

Dunia tampaknya memang disetel demikian: selalu saja muncul penguasa yang korup, menindas. Dan, selalu saja tersedia rakyat yang menjunjung komitmen kemanusiaan, akal sehat, serta memiliki keberanian melawan. Maka, kebenaran, keadilan, ….. tak akan pernah musnah. Dalam perjuangan itu, tentu saja berjatuhan tak terhitung korban. Pada saatnya, sebagaian dikukuhkan sebagai pahlawan.

Akhir proses-pergolakan itu, amat jelas dalam catatan sejarah setiap bangsa: rakyat selalu menang. Demikianlah sejarah menetapkan hukum bagi dirinya. Tak tersedia kebuntuan dalam sejarah. Dihadapkan pada penguasa penindas, seganas apapun, rakyat selalu menemukan cara menjebol, meruntuhkannya.

Memang, kali ini, di sini, gerakan rakyat yang dimotori mahasiswa, buruh, …… menghadapi rezim-penguasa yang cukup tangguh. Boleh jadi setangguh rezim Orla atau Orba, dengan tokoh sentralnya: Soekarno dan Soeharto.

BACA JUGA :  La Ode Basir: Relawan AMIN Akan Ramai-Ramai ke MK Dukung Gugatan PHPU

Ketangguhan rezim ini lantaran disangga penuh oligarkhi ekonomi, yang diyakini banyak pihak: para konglomerat hitam, dan oligarkhi politik: mayoritas parpol yang menyatu dalam blok koalisi.

Walaupun tokoh sentralnya mengindap kekurangan pengetahuan, kata Rocky Gerung, rezim mendapatkan bantalan kekuasaan dari Polisi sebagai aparatus represif rezim. Serta kegilaan para buzzeRp yang betugas memecah belah masyarakat – bangsa. Tampaknya, menyakinkan rezim ini disebut Rezim “Joko Sambo”.

Namun, eskalasi (intensitas dan dinamika), perluasan (wilayah aksi sampai ke pelosok negeri), dan pencakupan (hasrat dan pelibatan diri secara sukarela berbagai elemen masyarakat dalam gerakan protes), serta aneka hal tak terduga (kasus Sambo, Bjorka, pernyataan Efendi Simbolon terkait TNI, Kekurangajaran khas buzzeRp, pernyataan Ketum PSSI terkait JIS, …..) tampaknya menunjukkan rezim ini telah berada diujung jalan yang tepat: kejatuhan!

Isu dan tuntutan turunkan harga BBM berangsur mengerucut menjadi tuntutan turunkan Jokowi. Emak-emak memang telah sampai pada kesimpulan: Jokowi turun, harga-harga pasti turun. Peroasalan bangsa ini memang tidak sekedar kenaikan harga BBM, tapi semakin meningkatnya kerusakan disegenap sektor kehidupan bernegara. Dan, kebijakan – tindakan pemerintah terasa semakin tak berguna. Sekedar contoh: Timsus Bjorka dibentuk. Sigap bertindak. Berhasil menangkap seorang pemuda penjual es teh dipelosok Madiun.

BACA JUGA :  Dihujani Banyak Protes, Instruksi Jokowi Bisa Memancing Ketegangan

Tentu saja, hari–hari terakhir rezim “Joko Sambo”, tergantung daya tahan aksi perlawanan rakyat. Lebih-lebih, bila aksi itu efektif daya tonjoknya dan tepat mengenai sisi-sisi yang memicu percepatan disintegrasi rezim.

Komentar