Refleksi 77 Tahun Indoneia Merdeka: Relawan Anies Baswedan Penerus Cita-Cita Kemerdekaan

Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)

EUFORIA Pilpres 2024 sudah sangat terasa. Organisasi Relawan Anies menjamur bak cendawan di musim hujan. Deklarasi Relawan Anies makin marak. Sosialisasi prestasi dan pribadi Anies Baswedan yang santun, tenang dan tuntas itu sangat gencar dilakukan oleh beberapa simpul relawan Anies.

Dari menjamurnya relawan Anies tentu tidak semua berangkat dari niat dan nilai yang sama. Heterogen. Ada yang berniat murni karena panggilan hati nurani. Kondisi negara yang sedang tidak baik-baik saja, melahirkan militansi relawan untuk ambil bagian menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari imperialisme gaya baru.

Merdeka tapi kekayaan alam dikeruk oleh perusahaan asing. Merdeka tapi negara tergadai oleh utang luar negeri. Merdeka tapi presiden disandera negara investor. Merdeka tapi tanah di Indonesia dikuasai segelintir orang. Kemerdekaan semu.

Anies Baswedan hadir di saat yang tepat. Anies Baswedan dianggap representasi dari idealisme rakyat. Merawat tenun kebangsaan. Indonesia membutuhkan sosok Anies Rasyid Baswedan. Sosok yang menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Anies Baswedan telah membuktikan itu di Jakarta. Tak berlebihan bila Anies Baswedan akan menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia di antara beberapa sosok yang muncul di bursa calon presiden tahun 2024.

BACA JUGA :  Indonesia Butuh Sosok Abdul Mu’ti

Relawan seperti ini mengingatkan kita pada masa pra kemerdekaan. Dulu namanya pejuang. Pejuang kemerdekaan. Tanpa pamrih. Tidak dibayar dan tidak mau dibayar. Nyawa taruhannya. Merdeka atau mati. Namanya harum hingga hari ini.

Relawan pejuang pengisi kemerdekaan membawa cita-cita besar para pendiri negara. Sebagai relawan pejuang pengisi kemerdekaan dengan mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden yang dianggap mewakili aspirasi mayoritas rakyat. Sosok yang dipercaya dapat mewujudkan Indonesia yang berkeadilan dan berkemajuan.

Setelah merdeka kita menjadi relawan pejuang pengisi kemerdekaan. Menjadi pejuang suara Anies Baswedan untuk menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029. Mewujudkan cita-cita para pendiri bangsa.

Pembukaan UUD 1945 alinea keempat menjadi dasar cita-cita relawan pejuang calon presiden pro perubahan dan pro wong cilik, Anies Rasyid Baswedan cucu pahlawan kemerdekaan.

Dalam pandangan relawan, Anies Baswedan calon presiden yang bisa menyelamatkan Indonesia dari pengaruh asing dan aseng serta ancaman dari TKA China komunis yang berpotensi mengganggu kedaulatan NKRI. Bukan calon presiden boneka asing dan aseng. Bukan pula calon presiden yang menjadi bagian dari oligarki dan boneka oligarki.

BACA JUGA :  22 Tahun FORHATI, Hanifah Husein Ajak Alumni Perkuat Ketahanan Keluarga

Relawan tanpa pamrih karena bukan relawan rupiah. Relawan pejuang suara Anies Rasyid Baswedan karena didorong oleh cita-cita luhur demi keselamatan anak cucu dari ancaman imperialisme modern.

Tampaknya sangat idealis. Bahkan bagi sebagian kalangan mimpi di siang bolong bila ada relawan seperti itu di tengah kehidupan yang serba materialistis dan individualis. Budaya Wani Piro. Cuek dan acuh. Kering kerontang dari rasa kepedulian terhadap nasib bangsa dan negara ke depan. Sibuk dengan kehidupannya sendiri.

Tidak sedikit pula organisasi relawan dan relawan punya agenda sendiri. Politik balas budi. Bergerak bila ada ‘bahan bakar’ dari calon yang didukungnya. Mengharapkan sesuatu. Ada udang di balik bakwan.

Ada pula pendukung kutu loncat. Pindah dari satu pendukung tokoh tertentu ke pendukung lainnya. Alasannya pun klise. Padahal punya agenda dan skenario tersendiri. Ada yang menyebutnya pendukung titipan atau penyusup.

Kita memang tidak boleh buruk sangka (suudzon) karena buruk sangka itu dosa.

”Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan buruk sangka (kecurigaan), karena sebagian dari buruk sangka itu dosa…” (QS. al-Hujurat: 12)

BACA JUGA :  Sedikitnya 30-an Kelompok Relawan Anies Hadiri Syawalan Idul Fitri

Akan tetapi kita wajib untuk waspada. “Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah.” (QS. al-Ma’idah: 92).

Teruslah berjuang kawan! Kita memang berbeda. Beda karena harga diri kita tidak bisa dirupiahkan. Bukan karena tidak bernilai. Nilai kita jauh lebih tinggi dari sekadar rupiah. Mewujudkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia seperti tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Merdeka!

Bandung, 15 Muharram 1444/13 Agustus 2022

Komentar