Oleh: Yusuf Blegur
ADA yang saling bersitegang dan berupaya menegasikan. Ada yang tidak mau berkomunikasi apalagi bertemu. Ada yang kalaupun mencoba berinteraksi tapi cuma sekedar basa-basi. Para pesohor dan pemangku kepentingan publik sering terlihat seakan menjalin hubungan yang baik, meski dengan agenda dan kepentingan masing-masing.
Namun semua suasana psikopolitik itu tak dijumpai saat mereka berhadapan dan berkumpul di pesta pernikahan putri seorang Anies Baswedan. Lebih terbuka, hangat dan familiar terasa di antara mereka.
Pantaslah acara hajatan sakral Anies itu disebut sebagai agregasi resepsi, silaturahmi dan konsolidasi.
Politik tidak hanya tersaji dalam musyawarah atau konggres partai. Tidak juga selalu pada saat pemilu atau sesudahnya di parlemen. Komunikasi dan pesan politik bisa juga hadir di tengah hidangan meja makan, membuat video konten, membangun citra diri dan tampil beda dari yang sesungguhnya serta masih banyak lagi kreatifitas dan inovasi yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.
Dalam hal yang unik dan langka, kalau belum pantas disebut anti mainstream, ada celah politik yang bisa saja muncul dari pelbagai kesempatan. Misalnya suasana kedukaan, kebahagiaan dan beragam peristiwa langka yang bisa dijadikan momen politik. Entah disengaja atau tidak, dirancang ataupun tidak bahkan direkayasa atau terjadi secara alami pun, manuver politik selalu ditunggu-tunggu dan terbuka lebar.
Begitupun acara pernikahan Mutiara Annisa Baswedan dengan Ali Saleh Alhuraiby yang menjadi begitu istimewa. Sebabnya, selain kebahagiaan turut menyertai bukan saja kepada kedua mempelai dan keluarganya. Lebih dari itu, pernikahan putri dari seorang gubernur Jakarta yang digadang-gadang menjadi capres pada pilpres 2024, menjadi momen spesial yang sarat nilai-nilai sosial, budaya, dan beraroma politik.
Salah satu hajat menunaikan kewajiban orang tua sesuai amanat dan syariat agama itu, membuat kegiatan sakral Anies Rasyid Baswedan berefek seperti melakukan “breaking ice” dari kebekuan dinamika abdi pemerintahan dan para petinggi partai politik yang hadir. Kegiatan Walimatul Arsy putri Anies itu, seakan membuat polarisasi, konstelasi dan konfigurasi para pelaku kekuasan menjadi lebih cair.
Kehadiran presiden Indonesia Bapak Joko Widodo, sejumlah birokrat dan pengusaha serta banyak tamu kalangan penting termasuk ketua umum partai politik, membuat gelaran akad dan resepsi pernikahan tersebut memilik daya tarik tersendiri. Dalam sorotan publik, acara besanan Anies Basewdan dengan Saleh Ali Alhuraiby, selain resepsi, terangkai juga silaturahmi dan konsolidasi dari kunjungan para tamu terhormat.
Disebut resepsi, silaturahmi dan konsolidasi pada kegiatan yang diselenggarakan pada 29, 30, 31 Juli 2022, di Putri Duyung Resort Ancol, yang tempatnya tidak jauh dari keberadaan Jakarta Internasional (JIS) yang megah dan perhelatan Formula E yang sukses luar biasa sebagai buah karya Anies,
menjadi memiliki filosofis dan makna tersendiri, beriringan dengan mungkin saja suasana kontestasi dan persaingan yang ada yang menyelimuti tamu-tamu undangan itu.
Tak ada mimik, gimik dan gestur yang tampil tendensius memancarkan perang urat saraf, saling menjatuhkan dan jegal-menjegal bagi bakal capres, oleh masing-masing kandidat, para cukong atau oligarki beserta buzzernya pada acara pelaminan pengantin di kawasan Ancol itu. Semua seketika menjadi harmonis, selaras dan guyub, betapapun kepentingan dan orientasinya berbeda-beda.
Lepas dari itu semua, apapun persfektif dan interpretasinya. Gelaran pernikahan satu-satunya anak perempuan Anies seperti membawa berkah. Bukah hanya kebahagian bagi pengantin dan kedua keluarga yang terlibat.
Suasana teduh dan sejuk, atmosfer persahabatan dan persaudaraan serta senyum dan tawa keceriaan menjadi terasa menghinggapi undangan para pesohor dan memengaruhi rakyat, negara dan bangsa Indonesia. Boleh jadi selain menyimpan agenda politik, mereka juga ikut merasakan kebahagian yang ada, khususnya pada Anies.
Semoga saja kebahagiaan pada Anies yang menjadi kebahagiaan elite pemerintah dan partai politik juga, tidak berhenti dan selesai pada waktu dan tempat dalam kawasan Ancol semata.
Suasana kebahagian bersama terutama yang spesial dirasakan Anies, bisa juga menyeruak ke tempat yang lebih jauh dan lebih luas lagi. Di kawasan jalan Merdeka Barat misalnya, tepatnya di Istana Negara Merdeka. Kenapa tidak? Kalau resepsi, silturahmi dan konsolidasi sudah dianggap baik dan sukses penyelenggaraannya.
Apa yang tidak mungkin di dunia ini, termasuk di negeri ini.
Wallahu a’lam bishawab.
Munjul-Cibubur, 31 Juli 2022
Komentar