Pro Wong Cilik, Anies Hentikan Razia Warga Pendatang di Jakarta


Oleh: Isa Ansori
(Kolumnis, Tinggal di Jakarta)

JARGON pro wong cilik benar-benar dijalankan oleh Anies selama memimpin Jakarta. Anies setelah dilantik menjadi Gubernur Jakarta 2017 silam, pada tahun 2018 Anies benar-benar menghentikan razia warga pendatang yang setiap habis lebaran mengadu nasib di Jakarta.

Tradisi yang dilakukan oleh gubernur sebelumnya, razia warga pendatang, bagi Anies itu merupakan tradisi diskriminasi yang harus dihentikan.

Bagi Anies setiap warga negara harus punya kesetaraan untuk diberi kesempatan mencari kehidupan dimanapun, termasuk di Jakarta, karena Jakarta adalah berada di wilayah Republik Indonesia. Jakarta adalah milik bersama. Anies berharap setiap orang bisa mempunyai rasa memiliki terhadap Jakarta.

Anies betul-betul mewarisi ideologi Soekarno yang marhanenis, pro rakyat kecil.

Selama ini Anies menyaksikan praktek bernegara yang diskriminatif di Jakarta, setiap habis lebaran selalu dilakukan operasi justisia kepada warga pendatang, warga yang datang melalui terminal-terminal bus, stasion kereta api, tidak ada yang melalui bandara.

Lalu siapa yang datang ke Jakarta melalui terminal dan stasion kereta api? Mereka adalah kelompok rakyat kecil.

BACA JUGA :  POLISI: BUKA – KUNCI

Kalau mereka dilarang masuk Jakarta untuk mengadu nasib dan memperbaiki taraf hidup keluarganya, betapa angkuhnya Jakarta bagi rakyat kecil.

Jakarta tidak boleh begitu, Jakarta adalah milik semua warga negara dan rakyat Indonesia. Mereka harus diberi kesetaraan dan kesempatan untuk mengadu nasib di Jakarta.

Bagi Anies menjalankan sesuatu pemerintahan harus dilandasi atas dasar konstitusi, Konstitusi tak pernah membatasi warga negara untuk mendapatkan penghidupan dimanapun di wilayah Indonesia, mereka yang lahir di Surabaya, Makassar, Semarang yang tidak ber KTP Jakarta tidak dilarang untuk mengadu nasib di Jakarta, begitu juga sebaliknya. Sehingga tidak boleh saya sebagai Gubernur Jakarta melarang mereka.

Maka tegas saya akan hentikan operasi-operasi itu, karena jelas-jelas tidak sesuai dengan perintah konstitusi kita.

Jakarta selama dipimpin oleh Anies telah berubah dan menjelma menjadi kota yang toleran, kota yang menerapkan prinsip kesetaraan dan keadilan kepada semua.

Jakarta menjadi kota yang damai dan ramah bagi semua warga yang tinggal di Jakarta.

Praktik bernegara yang adil dan melindungi semua warga telah Anies tunjukkan di Jakarta, Anies hadir sebagai pengayom dan pelindung bagi semua warganya, tak peduli latar belakangnya seperti apa. Selama mereka tinggal di Jakarta, maka ini menjadi tanggung jawab Pemprov DKI Jakarta.

BACA JUGA :  Pleno DPP KNPI Solid Dukung Haris, Rekomendasikan Pecat Jackson Kumaat Dkk

Tentu sebagai warga negara, praktik Anies bernegara di Jakarta tidak boleh hanya dinikmati oleh rakyat Jakarta saja, praktik bernegara yang adil dan mengayomi harus bisa dijalankan di seluruh wilayah Indonesia.

Lalu kita berharap kepada siapa? Hanya Anies yang bisa dan sudah membuktikannya, yang lain masih beretorika, bahkan ada yang jelas-jelas merampas hak warga untuk kepentingan oligarki, seperti yang terjadi di Wadas, Jawa Tengah.

Saatnya kita berjuang bersama untuk menghadirkan kesetaraan dan keadilan di seluruh wilayah Indonesia.

Kita tentu berharap bahwa kelak anak cucu kita bisa hidup bahagia di wilayah negara Indonesia. Nah kalau kita sayang terhadap anak cucu kita, terhadap Indonesia yang subur makmur dan indah ini, maka kita harus jaga dan selamatkan Indonesia.

Di tengah cengkraman oligarki dan penguasa jahat yang merongrong kehidupan bernegara, tidak ada pilihan bagi kita kecuali bersama sama melawan kerakusan oligarki dan pejabat negara serakah.

Bersama Anieslah kita satukan kekuatan dan energi untuk menjadi badai perubahan menuju Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

BACA JUGA :  Kesadaran Muhammadiyah Ketika Presiden Melanggar Etik Bernegara

Tidak ada kata lain selain kata “ Lawan“ untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan Oligarki dan Pejabat rakus serta para buzzer pengkhianat Reformasi.

Surabaya, 4 Mei 2022

Komentar