Siap-siap, Jakarta akan Lockdown

Oleh: Tony Rosyid                             (Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

SETELAH  lama, alot dan intens berkomunikasi, sepertinya pemerintah pusat mulai bisa memahami logika Anies mengapa Jakarta harus di-lockdown. Bahasa undang-undangnya “karantina”. Meski telat, tapi ini tetap lebih baik. Secara ekonomi, ini keputusan yang tidak populer, baik bagi Jokowi maupun Anies. Tapi, nyawa rakyat harus diselamatkan. No choice!

Kenapa Jakarta harus lockdown? Pertama, karena Jakarta adalah pusat covid-19. Penyebarannya extra masif. Day to day jumlah yang postif dan angka kematian meningkat signifikan. Dari 1285 kasus covid-19, 675 ada di Jakarta. (29/3)

Kedua, imbauan pemerintah pusat dan DKI untuk stay at home, social distancing dan menghindari kerumunan tidak sepenuhnya efektif bisa dijalankan. Sebagian warga kurang disiplin. Cenderung meremehkan dan tak peduli. Ketidakdisiplinan ini menjadi penyumbang terbesar penyebaran covid-19.

Ketiga, Jakarta adalah pusat interaksi dan titik pertemuan masyarakat dari seluruh pelosok negeri. Bahkan sebagian masyarakat dunia. Disinilah potensi kerumunan terjadi yang berpotensi penyebaran covid-19.

Keempat, mandegnya pergerakan ekonomi, terutama di sektor non-formal menyebabkan terjadinya arus mudik besar-besaran. Sebagian pemudik terbukti telah menjadi penyebar covid-19 ke daerah masing-masing. Akibatnya, di hampir semua provinsi telah terjadi penularan. Data menyebutkan: sumber utamanya mayoritas dari Jakarta.

BACA JUGA :  Formula E, Event Internasional yang Dijegal

Inilah alasan mengapa Jakarta harus lockdown. Warga Jakarta harus dikarantina. Arus keluar masuk Jakarta mesti ditutup sementara. Kecuali logistik, petugas dan kendaraan pribadi yang savety dari kemungkinan penyebaran.

Apa indikasi Jakarta mau lockdown? Pertama, pemerintah pusat sedang menyiapkan Peraturan Pemerintah (PP) yang akan dijadikan landasan lockdown lokal.

Kedua, Polda Metro Jaya sedang melakukan simulasi rakayasa dan penutupan jalan dalam formasi lockdown. Ini bentuk persiapan yang sangat serius.

Ketiga, Direktur Perhubungan Darat Kemenhub, Budi Setiadi, sudah membocorkan rencana lockdown DKI, hasil konsultasi dengan Menkomaritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP).

Tentu, presiden dan gubernur DKI sudah mempersiapkan konsekuensi sosial dan ekonominya saat Jakarta lockdown. Termasuk tenaga dan fasilitas medis, serta bantuan sosial untuk warga DKI.

Dalam menghadapi covid-19 saat ini, kekompakan semua elemen bangsa sangat dibutuhkan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus bersinergi dan satu langkah.

Pemerintah pusat dan daerah bersama-sama membuat satu kebijakan, menyiapkan fasilitas medis dan memberikan bantuan sosial kepada rakyat yang terdampak secara ekonomi. Para tenaga medis bekerja full waktu, tenaga dan kemampuan untuk melayani pasien. Dan masyarakat, ini harus diperhatikan, mesti disiplin pada aturan dan imbauan pemerintah. Jika tidak disiplin, harus didisiplinkan. Jika tidak taat aturan, harus dipaksa taat. Ini konsekuensi lockdow. Karena ini berurusan dengan nyawa banyak orang.

BACA JUGA :  Jam Tangan Satu Dasawarsa dan Kesederhanaan Seorang Anies Baswedan

Perlindungan terbaik adalah mencegah penularan, kata Anies Baswedan. Dan ini ada di masyarakat sebagai garda terdepan, lanjut gubernur DKI yang bulan pebruari lalu sudah mengusulkan lockdown.

Dalam situasi sulit ekonomi akibat lockdown, masyarakat yang mampu secara ekonomi diharapkan bisa berpartisipasi untuk membantu mereka yang sedang kekurangan. Karena, tak semua dari mereka masuk dalam daftar bantuan pemerintah. Mesti dipahami, saat ini banyak OMM (Orang Miskin Mendadak). Akibat serbuan covid-19, mereka kehilangan pekerjaan, dan jadi OMM.

Soal bantuan sosial, masyarakat Indonesia sudah terlatih. Dua pekan ini, lembaga-lembaga sosial dan ormas seperti Baznas, Dompet Dhuafa’, ACT, Wahdah Islamiyah, Yayasan Buddha Zu Chi, dan beberapa organisasi lain sudah bergerak untuk menyalurkan bantuan. Sementara berupa alat kesehatan.

Selanjutnya, lembaga-lembaga sosial ini harus memikirkan rencana bantuan “sembako” kepada masyarakat yang terdampak – dan paling menderita- secara ekonomi. Terutama kepada OMM (Orang Miskin Mendadak) yang jumlahnya makin banyak.

Tidak saja lembaga sosial dan ormas, tapi juga partai politik. PKS dan Gerindra kabarnya juga sudah turun lapangan dan men-support alat kesehatan ke sejumlah rumah sakit. Perlu juga mereka mengumpulkan dana untuk membantu masyarakat yang terdampak secara ekonomi. Semoga langkah PKS dan Gerindra bisa diikuti oleh PDIP, PSI dan partai-partai lainnya. Kalau beli jutaan baliho, spanduk dan kaos mampu, mosok nyumbang sembako gak bisa?

BACA JUGA :  Tuhan yang Tak Tercakapkan

Jika semua elemen bangsa ini kompak, bersinergi dan satu langkah, maka lockdown di DKI, juga di daerah-daerah lain, akan bisa dilakukan dan diatasi, terutama semua dampak ekonomi dan sosialnya. Sinergi inilah yang membuat  orang lapar teratasi, dan proses penularan covid-19 bisa dibatasi. Dengan begitu, jumlah orang yang positif Covid-19 dan angka kematian bisa ditekan.

Jakarta, 30 Maret 2020

Komentar