TILIK.ID – Satu lagi hasil survei elektabilitas parpol dirilis. New Indonesia Research & Consulting menyebut Partai NasDem merangsek naik ke posisi tiga besar menggeser Partai Golkar.
Sejak Pemilu 2019, Golkar terus di bawah Partai Gerindra. Namun survei yang dirilis hari ini, Selasa (30/11/2021), Beringin tergeser dari posisj tiga besar. NasDem naik secara signifikan.
Partai Nasdem menyodok ke tiga besar dengan elektabilitas mencapai 9,3 persen. Sementara itu, Partai Golkar yang biasanya menduduki posisi tiga besar merosot, dengan elektabilitas hanya 4,9 persen.
“Nasdem masuk tiga besar elektabilitas partai politik, sementara Golkar merosot,” ungkap Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (30/11).
Apa penyebab NasDem menyodok naik ke posisi tiga? Menurut Andreas, naiknya elektabiliitas Nasdem berkorelasi dengan kedekatan partai politik tersebut dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
“Basis pemilih Anies yang didominasi segmen Islam makin mengerucut pilihan politiknya kepada Partai Nasdem,” kata Andreas.
Nasdem getol merekrut tokoh-tokoh dengan elektabilitas tinggi sebagai Calon Presiden yang belum memiliki kendaraan politik. Melalui konvensi capres yang direncanakan pada 2022, Nasdem memberikan panggung kepada Anies dan tokoh-tokoh lain.
“Sebagai parpol nasionalis, Nasdem memiliki keluwesan tinggi dan rentang spektrum ideologi yang sangat lebar untuk merangkul segmen pemilih Islam,” jelas Andreas.
Dengan mendukung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Nasdem berupaya untuk menambah basis pemilih dari kalangan Islam. Menguatnya elektabilitas Nasdem juga berpeluang menciptakan polarisasi dengan koalisi parpol-parpol nasionalis yang dominan, dalam hal ini adalah PDI Perjuangan dan Gerindra.
Meskipun tetap unggul, elektabilitas PDI Perjuangan kini hanya 16,4 persen. Sementara itu elektabilitas Gerindra 9,6 persen, tipis di atas Nasdem, dan berpeluang tersalip oleh Nasdem.
“Banyak pemilih Islam yang semula mendukung Gerindra bergeser ke Nasdem,” lanjut Andreas.
Pemilih Islam beranggapan Prabowo telah berkhianat dengan masuknya ke dalam pemerintahan Jokowi. Sementara itu Nasdem yang dipimpin Surya Paloh dengan brilian merebut pemilih Islam dan memimpin poros baru dengan memberi dukungan terhadap Anies.
Setelah Nasdem, ada PKB (7,7 persen), Demokrat (7,3 persen), PSI (5,4 persen), Golkar (4,9 persen), dan PKS (4,5 persen).
Jika strategi Nasdem mendukung Anies yang memiliki elektabilitas tinggi sukses pula mendongrak Nasdem ke tiga besar, hal sebaliknya terjadi pada Golkar. Sejauh ini elektabilitas calonnya masih berada jauh di bawah, berdampak pula pada merosotnya elektabilitas Golkar.
Parpol-parpol berikutnya adalah PPP (2,2 persen), Ummat (1,5 persen), PAN (1,1 persen), dan Gelora (1,0 persen). Di papan bawah ada Perindo (0,8 persen), Hanura (0,6 persen), PBB (0,4 persen), PKPI (0,3 persen), Berkarya (0,2 persen), dan Garuda (0,1 persen). Parpol baru Masyumi Reborn masih nihil dukungan.
Bermunculannya parpol-parpol baru masih belum cukup signifikan meraih dukungan, di mana pilihan lainnya dikumpulkan sebesar 0,9 persen. Sisanya menyatakan tidak tahu/tidak menjawab sebanyak 22,7 persen.
Survei dilakukan pada 11-20 November 2021 terhadap 1200 orang mewakili seluruh provinsi. Metode survei adalah multistage random sampling, dengan margin of error ±2,89 persen dan pada tingkat kepercayaan 95 persen. (lmg)
Komentar