Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
PILPRES 2024 masih lama. Tapi, auranya begitu terasa. Tak ada hari tanpa membincangnya.
Memang, ini tak seperti biasanya. Mungkin karena sisa-sisa kekecewaan pada pilpres sebelumnya. Atau mungkin karena rendahnya tingkat kepuasan kepada para pengelola negara.
Mereka ingin perubahan. Dan perubahan itu dimulai dengan pergantian pemimpin. Dan ini lazim terjadi di pemilu.
Ini positif karena pelampiasannya mengarah pada tindakan konstitusional.
Tapi, ada juga negatifnya. Ini bisa mengganggu kinerja para pejabat negara. Mereka yang saat ini jadi menteri, jadi kepala daerah, atau jadi ketum partai (bosnya para anggota DPR) terus tergoda untuk mengarahkan sebagian besar energinya ke 2024.
Inilah fakta yang sekarang terjadi. Ada sejumlah pejabat yang saat ini sibuk menyiapkan diri jadi capres, lupa tanggungjawabnya sebagai pejabat pemerintahan.
Ada yang menggunakan fasilitas negara untuk membuat program-program yang mengarah dan berhubungan dengan kepentingan nyapres 2024.
Banyak tokoh, mulai dari kepala daerah, menteri dan Ketum partai sudah curi start. Mereka sudah lama memiliki tim media yang bekerja secara masif. Mereka juga memiliki infrastruktur jaringan yang telah lama aktif.
Lihat betapa masifnya kerja tim media Ganjar yang membuat Puan Maharani kelabakan dan terpaksa harus pasang baliho. Satu alasannya: tidak ingin ditenggelamkan oleh Ganjar.
Ada Ketum partai yang terang-terangan sudah deklarasi akan nyapres di 2024. Ada Ketum partai yang dideklarasikan oleh dewan pembina, setelah pasang baliho di setiap daerah. Ada juga menteri yang sudah membuat tim relawan dan keliling menjumpai konstituen dengan program kementerian.
Fakta ini membuat sebagian masyarakat gregetan. Dan akhirnya, terpaksa atau tidak terpaksa, mereka mendeklarasikan para tokoh yang mereka anggap potensial untuk jadi presiden. Bukan hanya potensial untuk menang di pilpres, tapi juga potensial untuk bisa mengelola bangsa ini lebih baik kedepan. Yang terakhir ini mesti dijadikan poin utama.
Kalau hari ini ada masyarakat yang mendeklarasikan Anies maju sebagai capres, ini tidak lepas dari situasi sosial dan politik yang energinya sudah diarahkan secara masif ke 2024.
Selama ini, Anies termasuk kepala daerah yang tidak mau latah terkait pilpres 2024. Memilih silent, dan nampak lebih asik dengan kerja sebagai Gubernur DKI. Hampir semua postingan Anies terkait dengan progres kerja yang sedang dituntaskannya di DKI.
Anies muncul di fly over Jagakarsa yang hampir rampung dikerjakan. Muncul lagi di Jakarta Internasional Stadium (JIS) yang rencananya selesai di tahun 2022. Muncul di Stasiun LRT/MRT sambil melaporkan tingkat kemacetan ibu kota yang terus menyusut. Muncul lagi di Banjir Kanal Timur dengan report pengerukan sungai dan persiapan mengatasi banjir.
Hampir setiap kemunculan Anies merupakan laporan progres kerja sebagai Gubernur DKI. Bukan sebagai capres. Dua hal yang berbeda.
Mestinya, setiap pejabat negara secara rutin melaporkan progres kerjanya ke publik. Dari hasil kinerja ini, biarlah publik yang akan menilai layak tidak untuk maju sebagai presiden.
Mesti dari hasil kerja dan karya, bukan hasil pencitraan. Biarlah hasil kerja dan prestasi yang berbicara kepada rakyat. Sampai di sini, baliho dan pencitraan tidak dibutuhkan.
Kalau hari ini ada yang deklarasikan Anies, bisa dipastikan itu bukan mau, apalagi rencana Anies. Selama ini, kalau kita baca, Anies tidak punya karakter latah seperti itu.
Mereka, masyarakat yang melakukan deklarasi, sepertinya sudah tidak tahan. Tidak ingin Anies telat start. Tidak ingin panggung publik penuh sesak pencitraan. Mereka ingin Anies muncul. Apalagi dalam berbagai survei, elektabilitas Anies selalu berada di urutan antara satu sampai tiga besar.
Melihat berita deklarasi Anies yang masif dan viral, sepertinya kemauan mereka, orang-orang yang ingin Anies memimpin negeri ini, tak lagi bisa dibendung. Anies sepertinya tak mampu lagi mencegahnya. Karena memang, itu hak setiap orang atau kelompok, dan tak boleh ada yang melarangnya. Termasuk Anies sendiri. Mereka sepertinya ngotot: harus deklarasi.
Dan hari ini, Rabu jam 13.00, tanggal 20 Oktober 2021, deklarasi Anies untuk yang pertama kali dilaunching. Deklarasi diadakan di Tugu Proklamasi. Tempat bersejarah di mana Soekarno-Hatta dulu mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Apakah deklarasi Anies ini akan disambut rakyat dengan lahirnya deklarasi-deklarasi di daerah-daerah lain? Ini akan menentukan seberapa besar peluang Anies untuk nyapres di 2024.
Meski sudah banyak tokoh deklarasi, kita berharap kinerja para pejabat negara tidak terganggu. Justru sebaliknya, prestasi kerja mesti menjadi iklan utama yang disuguhkan kepada rakyat. Dalam hal ini, rakyat mesti cerdas, obyektif dan mampu melihat secara jernih (dengan hati nurani) siap yang terbukti bekerja dan berprestasi, dan siapa yang hanya menjual citra diri. Karena ini akan menentukan nasib bangsa 5-10 tahun kedepan. Jangan salah dukung! Apalagi salah pilih!
Jakarta, 20 Oktober 2021
Komentar