Nota Bang Sèm
FORUM Guru Besar Insan Cita yang merupakan para alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan berkhidmat di berbagai perguruan tinggi dan lembaga ilmu pengetahuan, merespon perkembangan mutakhir dinamika kehidupan masyarakat.
Lantas menyampaikan sikap mereka kepada Presiden Prabowo Subianto (31/8/25). Tak kurang dari 90 orang anggotanya menandatangani pernyataan sikap tersebut. Antara lain Mahfud MD (mantan Menko Polkam), Aidul Fitriciada Azhari (mantan komisioner Komisi Yudisial), Amran Razak (dosen UNHAS), dan Yeni Huriani (dosen UIN Sunan Gunung Djati). Inisiatornya, R. Siti Zuhro (Peneliti BRIN), Didik J. Rachbini (Rektor Paramadina),
Sebagian besar isi Pernyataan Sikap tersebut, secara personal sudah mereka sampaikan melalui media, baik media arus utama maupun berbagai platform dan format media sosial (khasnya gunemcatur televisi dan radio, siniar, dan lain-lain).
Dalam pernyataan sikap itu mereka menyampaikan 8 solusi jangka pendek dan 8 solusi jangka panjang. Beberapa di antaranya sudah disampaikan pula oleh berbagai kalangan, bahkan langsung kepada Presiden Prabowo di Istana. Antara lain yang dikemukakan Gerakan Nurani Bangsa (GNB).
Misalnya ihwal reformasi Kepolisian (Polri) secara menyeluruh, termasuk pergantian Kapolri; Menata Ulang Kabinet Merah Putih; Mempercepat pengesahan Rencana Undang Undang Perampasan Aset Koruptor; Mengembalikan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai lembaga independen; Mencabut Undang undang Cipta Karya dan memperluas kesempatan kerja; Menata Ulang (program) Makan Bergizi Gratis, diutamakan untuk para siswa di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan dan basis stunting.
Dalam solusi jangka menengah mereka memandang, antara lain: Presiden memimpin langsung Gerakan Pemberantasan Korupsi; Melakukan evaluasi menyeluruh undang-undang yang membebani rakyat; Meningkatkan kualitas institusi pengawasan; Mereformasi birokrasi pemerintahan dan membuat grand design reformasi nasional yang terukur dan pasti; Melakukan reformasi politik dan hukum; Mengevaluasi rencana Danantara mendirikan perguruan tinggi dan lain-lain.
Saya tak paham, mengapa solusi-solusi tersebut hanya dipatok masing-masing 8 butir. Padahal dengan segala kompleksitas persoalan bangsa dengan segala keribetan yang menyertainya, banyak hal yang perlu pembenahan segera, seperti komunikasi pemerintah dengan khalayak; pedoman etik dan perilaku pejabat publik (tanpa kecuali para anggota DPR RI dan DPD RI yang juga anggota MPR RI) dan petinggi partai politik.
Evaluasi Format dan Formula Perubahan
Secara umum pernyataan dan solusi yang ditawarkan –secara tersurat dan tersirat– membuka ruang eksekusi, kendati masih terkesan normatif. Namun demikian apa yang disajikan perlu diapresiasi.
Pernyataan sikap dan solusi forum guru besar ini telah mencerminkan dan mengekspresikan hakikat fungsi para guru besar di tengah masyarakatnya. Berteriak dan mengamplifikasi atau melantangkan aspirasi khalayak.
Melihat daftar nama para penanda-tangan pernyataan sikap dan solusi forum guru besar, ini sebenarnya banyak hal lebih spesifik yang bisa dikemukakan. Misalnya, relasi pembangunan desa di tengah proses perubahan menjadi masyarakat digital berbasis internet dan akal imitasi (artificial intelligent) sebagai bagian dari upaya pemajuan masyarakat, negara dan bangsa.
Dengan ilmu pengetahuan, pengalaman dan pengaruh yang melekat pada para anggotanya, saya membayangkan forum ini dapat mengambil inisiatif mempertemukan dan merumuskan imajinasi mereka, pemerintah dan khalayak tentang Indonesia 2045.
Kembali ke garis dan titik azimuth kebangsaan yang menghubungkan mengakselerasi cita – tujuan kebangsaan (1905, 1908, 1912, 1916, 1926, 1928, 1945, 1966, 1974, 1998) dengan realitas pertama hidup dan kehidupan kini dan mendatang, sehingga tergambar profil kualitas manusia Indonesia di tahun 2045. Tanpa kecuali melakukan review dan evaluasi format (dengan formulanya) perubahan yang paling pas.
Para pendiri dan perintis bangsa ini, telah pas memilih format perubahan revolusi dengan hasil kongkret berupa proklamasi kemerdekaan dan terbentuknya negara (1945 dan 1966) di jalur politik dan ekonomi.
Kini saat tepat melakukan evaluasi format dan formula perubahan reformasi –berpangkal intuitive reason yang melelahkan dan bila tak hati-hati akan sampai di muara deformasi dan paradoks kebangsaan.
Untuk mengembalikan negara dan bangsa ini ke garis asa dengan panduan azimuth kebangsaan, sudah saatnya para guru besar –khasnya yang tergabung di forum ini– mempertimbangkan transformasi sebagai format dan formula perubahan menuju tahun 2045. Termasuk sungguh merumuskan visi yang bukan jebakan fantasi (fantacy trap). Forum guru besar ini, berpeluang menjadi daya transformasi di tengah arus besar perubahan sains dan teknologi.|
Rumah Kreatif Akarpadi, 15/9/25