TILIK.ID — Konsep Sentralitas ASEAN mengacu pada peran utama ASEAN sebagai pusat rujukan, pemandu, dan penggerak dalam urusan regional dan global, terutama dalam menyelenggarakan wacana keamanan, ekonomi, dan diplomatik. Dengan demikian sentralisasi ASEAN bukan sekadar slogan.
Pernyataan demikian mengemuka dalam pidato Perdana Menteri (PM) X Malaysia Anwar Ibrahim –yang juga Ketua dalam Presidensi ASEAN — pada pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri negara-negara ASEAN (AMM) 58, di Kuala Lumpur Convention Centre, Rabu (9/7/25).
Dalam pidatonya, Anwar menekankan bahwa sentralitas bukan harus diwujudkan melalui penguatan lembaga-lembaga regional seperti KTT Asia Timur (EAS), Forum Regional ASEAN (ARF), dan Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN Plus (ADMM Plus).
Dengan kata lain, ASEAN harus menjadi panggung utama, bukan penonton, dalam pembentukan sistem internasional.
EAS atau KTT Asia Timur beranggota 18 negara peserta, termasuk 10 negara anggota ASEAN, yaitu Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta Australia, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
ARF atau Forum Regional ASEAN beranggotakan 27 negara, yaitu 10 negara anggota ASEAN, 10 Mitra Wicara ASEAN (Australia, Kanada, Tiongkok, Uni Eropa, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat) serta Bangladesh, Korea Utara, Mongolia, Pakistan, Sri Lanka, Papua Nugini, dan Timor-Leste.
Akan halnya Pertemuan Menteri Pertahanan ASEAN-Plus (ADMM-Plus) beranggota 10 negara anggota ASEAN dan 8 negara “Plus,”yaitu Australia, Tiongkok, India, Jepang, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, dan Amerika Serikat.
Menurut Anwar, “ASEAN tidak akan dibicarakan secara in absentia.” Hal ini bermakna, Asia Tenggara tidak dapat diputuskan nasibnya oleh kekuatan eksternal tanpa partisipasi aktif para anggotanya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Malaysia Muhammad Hasan mengemukakan, dunia saat ini sedang berada dalam fase ketidakpastian yang parah. Krisis kemanusiaan dan genosida di Gaza yang memicu perang di kawasan Timur Tengah, perang di Ukraina, serta konflik yang sedang berlangsung di Myanmar.
Dalam konteks ini, kata Muhammad Hasan, ASEAN harus menggandakan upayanya untuk menjaga persatuan regional, dan menjadi suara akal sehat di dunia yang semakin terpecah belah.
Berani Mengekspresikan Sikap Moral Kolektif
Pada kesempatan yang sama, kedua pemimpin tertinggi Malaysia tersebut menegaskan kembali penolakan terhadap konsep “lingkup pengaruh” yang meminggirkan suara negara-negara kecil.
ASEAN harus menolak segala upaya negara-negara besar untuk memaksakan agenda mereka di kawasan.
Oleh karena itu, Sentralitas ASEAN hanya akan bermakna jika ASEAN terus bersatu dan berani mengekspresikan sikap moral kolektifnya.
Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-46 di tempat yang sama (26 Mei 2025), melalui Deklarasi Kuala Lumpur, para pemimpin negara dan pemerintahan negara-negara ASEAN telah menegaskan kembali komitmen terhadap prinsip, tujuan, nilai, dan norma bersama yang tercantum dalam Piagam ASEAN, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, instrumen ASEAN lainnya, dan hukum internasional.
Para pemimpin ASEAN tersebut juga telah menegaskan pentingnya upaya bersama meningkatkan ketahanan ASEAN dan mempromosikan tanggapan kolektif, efisien, efektif, dan inovatif terhadap tantangan regional dan global. Sekaligus dalam menghadapi guncangan di masa mendatang, yang akan membantu mengamankan masa depan ASEAN dan rakyatnya.
Solidaritas dan Kerja Sama Regional
Para pemimpin ASEAN juga menyadari peluang yang ditimbulkan oleh megatren yang tengah berlangsung dan yang akan datang serta dampaknya terhadap kehidupan rakyat ASEAN.
Sesuai dengan “Visi ASEAN 2045 : Masa Depan Kita Bersama,” para pemimpin negara-negara ASEAN memutuskan mewujudkan ASEAN yang tangguh, inovatif, dinamis, dan berpusat pada rakyat.
Visi tersebut merancang secara sadarpencapaian pada tahun 2045, di mana Negara-negara Anggota ASEAN dipersatukan oleh solidaritas dan kerja sama regional.
KTT ASEAN ke-46 tersebut juga mendeskripsikan imajinasi baru ASEAN yang maju sebagai episentrum pertumbuhan di kawasan Indo-Pasifik. Sejalan dengan pemikiran tersebut, reformasi untuk meningkatkan semua fungsi WTO (world trade organization), memperhatikan pekerjaan yang sedang dilakukan di WTO untuk membantu meningkatkan ketahanan rantai pasokan global.
Para pemimpin negara-negara ASEAN mengakui komitmen ASEAN untuk meningkatkan konektivitas rantai pasok melalui Deklarasi Pemimpin ASEAN tentang Peningkatan Konektivitas Rantai Pasok, yang dikeluarkan pada KTT ASEAN ke-44 pada 9 Oktober 2024, sebagai salah satu capaian ekonomi prioritas di bawah Keketuaan ASEAN Laos pada tahun 2024.
Sebelum membuka AMM ke 58, PMX Anwar Ibrahim terlebih dahulu menerima kunjungan hormat Menteri-Menteri Luar Negeri ASEAN serta Sekjend ASEAN, Dr Kao Kim Hourn.
Dalam pertemuan itu, Anwar untuk menyampaikan apresiasi terhadap komitmen berkelanjutan semua pemimpin dalam memastikan segala isu dan tantangan serantau terus dibincangkan secara terbuka dan kolektif. | dins