Partai Gagal dan Sukses: Catatan Penting Sebelum Anies Bikin Partai


Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pemerhati Politik dan Kebangsaan)

SANTER terdengar Tokoh Perubahan Indonesia, Anies Rasyid Baswedan (ABW) akan bikin organisasi masyarakat (ormas) atau partai politik. Kabarnya mantan calon presiden, Anies Rasyid Baswedan telah membentuk Tim Kecil yang melakukan kajian terhadap rencana pendirian ormas atau partai politik.

Pendukung Anies Rasyid Baswedan sangat antusias menyambut wacana pendirian ormas atau partai politik. Ketokohan ABW dan hasil perolehan suara di Pilpres 2024 sekira 40,9 juta suara atau 24,9 persen merupakan modal awal bagi ABW untuk mendirikan ormas atau partai politik setelah dijegal di Pilgub Jakarta oleh kekuatan politik anti Perubahan.

Sebelum ormas atau partai politik yang sedang dikaji oleh Tim Kecil Anies perlu kiranya mempelajari partai yang sukses dan gagal lolos ke Senayan. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi penggerak Perubahan di Indonesia.

Kegagalan Partai Ummat dan Perindo mengajarkan banyak hal bagi kita. Ada apa di balik kegagalan Partai Ummat yang punya tokoh sekelas Amien Rais yang pernah sukses mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ketokohan Amien Rais di Pemilu 2024 tidak mampu mendongrak suara Partai Ummat. Bisa jadi Partai Ummat dan Amien Rais selain telah kehilangan momentum juga tidak didukung logistik yang memadai.

Beda halnya ketika Amien Rais membidani PAN tahun 1998 yang dikenal sebagai momentumnya Amien Rais yang telah berhasil memimpin gerakan Reformasi yang berujung mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998.

Ketokohan Amien Rais telah kehilangan momentum di tahun 2024. Sama halnya dengan Hary Tanoesudibjo yang telah dua kali gagal meloloskan Partai Persatuan Indonesia (Perindo) di Pemilu 2019 dan 2024.

BACA JUGA :  Dukung Anies, Elektabilitas Nasdem Naik

Meski Hary Tanoesudibjo didukung logistik tak berseri dan tokoh-tokoh Islam seperti Ahmad Rofiq, TGB Muhammad Zainul Majdi dan Ustadz Yusuf Mansur tetap saja Perindo tidak bisa mengirim kadernya di DPR karena kecilnya perolehan suara Perindo di Pileg 2024.

PBB dan PPP. Dua partai Islam yang semula lolos ke Senayan kini bernasib sama dengan Partai Ummat dan Perindo. PBB terakhir berada di Senayan tahun 2004. Sejak Pemilu 2009 sampai Pemilu 2024 PBB gagal lolos ke DPR. Sedangkan partai berlambang Ka’bah, PPP menyusul PBB di Pemilu 2024.

Gagalnya PBB dan terakhir PPP tidak terlepas dari sikap politik kedua partai berbasis massa Islam di Pilpres. Elite kedua partai tersebut kerab berbeda pilihan politik dengan konstituennya di Pilpres. Akhirnya, konstituen PBB dan PPP memberikan sanksi politik. Lari ke partai lain. Disamping adanya konflik internal di PPP.

Ini cerita partai yang sukses. Partai NasDem. Sebelum menjadi partai politik, Ormas NasDem lahir terlebih dahulu dengan tokoh sentral pengusaha nasional yang juga mantan politisi Partai Golkar, Surya Paloh. Anies Rasyid Baswedan tercatat sebagai salahsatu deklarator Ormas NasDem bersama tokoh nasional lainnya.

Ketokohan Surya Paloh dan dukungan logistik yang kuat serta isu yang dibawa Partai NasDem, gerakan Perubahan dan politik tanpa mahar sebagai kebaruan (newness) yang membedakan Partai NasDem dengan partai-partai lainnya di Indonesia.

Manuver Surya Paloh yang menggadang-gadang Jokowi sebagai calon presiden di Pemilu 2014 dan 2019 telah memberikan insentif politik bagi Partai NasDem yang terkenal dengan jargon; Jokowi adalah Kita, Kita adalah Jokowi. Partai NasDem sebagai partai baru lolos ke Senayan pada Pemilu 2014.

BACA JUGA :  Survei New Indonesia: Faktor Anies, Nasdem Geser Golkar di Tiga Besar

Puncaknya di Pemilu 2024. Kepiawaian Surya Paloh dan Partai NasDem yang pertama kali mencalonkan Anies Rasyid Baswedan sebagai calon presiden telah berbuah manis bagi Partai NasDem. Pertama dalam sejarah Partai NasDem memperoleh kursi terbanyak 69 kursi.

Ini cerita unik suksesnya Partai Keadilan sekarang Partai Keadilan Sejahtera. Tanpa punya tokoh sentral seperti Amien Rais di PAN dan Surya Paloh di Partai NasDem serta logistik yang kurang memadai sukses melenggang ke DPR.

Partai Keadilan (PK) lahir dari gerakan tarbiyah yang marak dibeberapa kampus di Indonesia pada tahun 1980-an. Belakangan berkembang menjadi Lembaga Dakwah Kampus dan _usrah_ (kelompok pengajian kecil) yang mewarnai kampus-kampus di Indonesia.

Sejak ikut Pemilu tahun 1999, PK lolos ke Senayan dengan memperoleh 7 kursi DPR. Meskipun demikian, PK gagal memenuhi ambang batas parlemen sebesar dua persen, sehingga memaksa partai ini melakukan stembus accord dengan delapan partai politik berbasis Islam lainnya pada Mei 1999.

Karena kegagalan PK memenuhi ambang batas parlemen di pemilihan umum selanjutnya, menurut regulasi, Partai Keadilan harus mengganti nama. Sejak tahun 2003 Partai Keadilan berganti nama menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) hingga hari ini dan selalu lolos dari aturan ambang batas parlemen.

Cerita gagal dan suksesnya beberapa partai politik di Indonesia pelajaran berharga bagi Tim Kecil Anies yang sekarang sedang melakukan kajian pendirian ormas atau partai politik.

BACA JUGA :  Amuk Orang Gila, Apakah By Design?

Ada beberapa hikmah yang dapat kita petik dari kisah sukses dan gagalnya beberapa partai politik di Indonesia, yaitu momentum, ketokohan, kebaruan, logistik dan kepiawaian memainkan isu.

Bila PAN ada Amien Rais dengan gerakan reformasinya. Partai NasDem ada Surya Paloh dengan jargon Jokowi adalah Kita, Kita adalah Jokowi. Sedangkan ormas/partai Anies ada Anies Rasyid Baswedan. Partai Keadilan punya gerakan tarbiyah. Sementara Anies Rasyid Baswedan punya pendukung militan di seluruh Indonesia melalui gerakan Perubahan.

Saat inilah momentumnya Anies Rasyid Baswedan mendirikan ormas atau partai politik. Kekecewaan publik Indonesia atas perilaku elite politik yang secara terang benderang melakukan pendzaliman terhadap Anies Rasyid Baswedan membuahkan simpati publik terhadap Anies. Apalagi Anies telah memberikan contoh berpolitik yang bersih, santun dan tetap riang gembira meski telah dijegal di Pilgub Jakarta.

Kekecewaan publik khususnya generasi milenial dan gen-z terhadap politik kekinian yang cenderung anti politik mesti dijawab oleh Anies Rasyid Baswedan menawarkan newness (kebaruan) partai politik. Bahwa partai politik yang didirikan Anies harus benar-benar berbeda dengan partai politik yang ada. Misalnya politik anti transaksional dan pendanaan partai melibatkan partisipasi publik termasuk keberanian Partai Anies menghapus hak recall oleh pimpinan partai politik bentukan Anies.

Wallahu’alam bish-shawab

Bandung,  12 Rabiul Awwal 1446                       16 September 2024

Komentar