Oleh: Anonymous
PEMILIHAN Bupati Bombana Sulawesi Tenggara melalui Pilkada masih beberapa bulan lagi. Jika pilkada serentak 2024 dimajukan dari November ke September, maka prosesnya cukup waktu 8 bulan untuk bersiap.
Namun perbincangan di Bombana bukanlah kapan hari H Pilkada serentak itu digelar. Tapi justru siapa yang akan maju sebagai calon bupati.
Kalkulasi berkembang bahwa yang berpotensi diusung adalah mantan Pj Bupati Bombana Ir H Burhanuddin MSi. Selain itu, ada juga nama Andi Nirwana Sabbu. Nama-nama seperti Kasra, Saleha, Masyura dan lainnya hanyalah pelengkap.
Mengapa Burhanuddin paling berpeluang besar didukung oleh masyarakat Bombana? Hal itu tak lepas dari kinerja mantan Plt Bupati Konawe Kepulauan dan Plt Sekda Buton Utara itu selama 15 bulan memimpin Bombana.
Selama satu tahun tiga bulan memimpin Bombana, Burhanuddin diakui kinerjanya cukup spektakuler. Bombana berubah signifikan. Infrastruktur dibangun dan dibenahi cukup nyata. Jalan rusak diperbaiki dan diaspal.
Di Kasipute setelah disentuh Burhanuddin seperti berubah jadi ibu kota kabupaten yang sebenar-benarnya. Lampu lalu lintas selama puluhan tahun tidak ada, kini ada dan diapresiasi warga.
Di Pulau Kabaena jangan ditanya lagi. Burhanuddin dipandang bagai pahlawan di sana. Listrik yang tadinya hanya manyala 12 jam, berkat upaya Burhanuddin Pulau Kabaena kini menyala total selama 24 jam.
Di bagian lain Pulau Kabaena, jalan diperbaiki. Yang belum diaspal langsung diaspal hotmix. Burhanuddin menganggarkan hampir 80 miliar untuk itu.
Festival Tangkeno yang tiap tahun digelar, baru di masa Burhanuddin jalan ke lokasi festival diaspal. Alhasil masyarakat Kabaena tidak akan bergeser pilihannya ke Burhanuddin.
Program-program mantan Plh Bupati Buton Utara itu diakui menyentuh masyarakat. Masyarakat adat Hukaea Moronene pun mengakui kinerja Burhanuddin.
Berkat Burhanuddin, mereka mendapat legalitas untuk hidup tenang di lahan-lahan dan area yang dilindungi dengan aman. Karena itu masyarakat adat menyebut Burhanuddin paling layak memimpin Bombana.
Apa tidak ada lawan di Pilkada kelak? Tentu ada. Yaitu Ibu Andi Nirwana Sebbu yang kini kembali berjuang untuk menjadi senator di Senayan. Namanya memang dikenal karena 10 tahun berstatus first lady Bombana.
Namanya melekat kuat di Haji Tafdil yang dua periode menjadi Bupati Bombana. Namun suara-suara sumbang di bawah, masyarakat masih pikir-pikir jika perempuan memimpin Bombana.
Selain itu, apa bedanya dengan Tafdil. Satu bantal, satu piring dan tentu juga satu misi. Memilih Andi Nirwana sama saja menjadikan H Tafdil tiga periode. Andi Nirwana hanyalah status, namun yang mengatur Tafdil.
Lantas bagaimana jika Bombana diatur Tafdil? Berhasilkah? Tengok ke belakang, apa legacy-nya? Sepuluh tahun memimpin seperti kalah oleh 15 bulan kinerja Burhanuddin.
Listrik 24 jam baru ada di era Burhanuddin, traffic light di Kasipute baru ada di era Burhanuddin, transportasi mikrolet dalam kota baru ada di setelah 15 bulam memimpin. Selama Bombana mekar, baru di era Burhanuddin ada Kodim.
“Bagaimana jika 10 tahun ya?” Begitu kira-kira pernyataan warga Bombana.
Suara lain juga sering kita dengar di Bombana adalah ungkapan “Cari-carimi yang lain”. Maksudnya apa? Tak lain dan tak bukan adalah asal jangan yang ‘di atas.’
Terminologi ‘yang di atas’ adalah untuk menunjuk keluarga Tafdil. Keluarga ini di Bombana tinggal di sebuah rumah mewah dan lazim disebut villa. Tempatnya di sebuah ketinggian, sehingga di sebut “di atas”.
Tidak fair masyarakat jika menolak mentah-mentah Andi Nirwana Sebbu juga. Tak sedikit kontribusi dia di Bombana. Sebagai anggota parlemen yang duduk di kursi senator Senayan, bantuannya mengucur banyak.
Dari empat anggota DPD RI dapil Sultra, dialah yang meraih suara terbanyak. Lumbung suaranya ada di Bombana dan Konawe Selatan (Konsel). Kabarnya dia terpilih berkat koalisi tandem dengan anak bupati Konawe yang terpilih sebagai anggota DPR RI.
Bisa jadi strategi ini pula yang dia pakai untuk terpilih kembali ke Senayan pada Pemilu 2024 mendatang. Jika ditambah cara culas memobilisasi keluarga dari Bone bukan tak mungkin terpilih lagi masuk DPD RI.
Namun anggota parlemen bukanlah kepala daerah. Penolakan perempuan memimpin Bombana bisa menjadi sandungan Tafdil untuk kembali berkuasa, lewat sang istri. Wallahu a’lam..
Komentar