Oleh: KRT Purbonagoro
(Pemerhati Sosial-Politik dan Kebudayaan)
BEBERAPA hari belakangan ini, viral infografis yang berisi perbandingan dana iklan di media sosial oleh tiga sosok yang menjadi bacapres 2024. Infografis tersebut berisi perbandingan bujet yang dikeluarkan oleh Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Dalam infografis tersebut terlihat dana iklan di media sosial paling besar dibelanjakan oleh Prabowo dengan jumlah Rp5,3 miliar. Peringkat kedua diduduki oleh Ganjar Pranowo dengan nominal Rp2 miliar. Sementara peringkat ketiga Anies Baswedan, hanya mengeluarkan bujet yang jauh lebih kecil dibanding Prabowo dan Ganjar. Jumlahnya hanya sekitar Rp154 juta.
Infografis tentang bujet iklan di media sosial, khususnya di Instagram dan Facebook, tersebut bisa dipertanggungjawabkan. Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, memang membuka akses terhadap bujet iklan yang berkaitan dengan politik. Data di atas merupakan belanja iklan periode Agustus 2020-Juli 2023.
Ada satu hal menarik yang bisa dikaji dari data yang ditampilkan di infografis tersebut, yaitu terkait dengan popularitas dan juga dukungan rakyat terhadap ketiga calon. Bila melihat hasil survei beberapa lembaga, ketiga bacapres tersebut memiliki dukungan yang relatif berimbang, berada di angka 30%. Tidak ada satu capres pun yang popularitasnya di atas 40% pemilih. Apa artinya?
Artinya ketiga bacapres memiliki peluang yang sama besar untuk maju di pilpres putaran kedua seandainya pilpres diikuti lebih dari dua calon. Lantas apa hubungannya dengan data iklan di atas? Hubungannya adalah seberapa banyak dukungan organik alias dukungan murni tak berbayar dari rakyat. Dari data di atas, jelas bahwa Anies Baswedan memiliki dukungan organik atau nyata dari rakyat paling besar.
Anies, tanpa perlu mengeluarkan dana yang besar pun sudah mendapat dukungan luar biasa dari rakyat. Sementara dua calon lainnya, untuk mendongkrak popularitas mereka harus mengeluarkan bujet iklan hingga bermilyar-milyar rupiah. Bujet Anies dibanding Ganjar hanya 1/13. Dibanding dana Prabowo bahkan hanya 1/35. Tapi hal tersebut ternyata tak membuat populartias Anies tertinggal.
Anies Baswedan memang sosok yang menarik terkait dengan statusnya sebagai bakal calon presiden. Anies populer, bukan karena didukung oleh dana yang besar. Hal tersebut terlihat dari bujet iklan media sosial yang dibelanjakan. Anies populer juga bukan karena dorongan dari partai, karena dia bukan anggota partai, kader partai, apalagi ketua partai. Anies Baswedan populer, karena kinerja-kinerjanya yang memang memukau.
DKI Jakarta adalah bukti mengilapnya kinerja Anies Baswedan. Berbagai kebijakan dan terobosan yang dibuat oleh Anies Baswedan berhasil mengurai masalah ibukota yang selama ini terlihat mustahil untuk diselesaikan.
Misalnya soal kemacetan di Jakarta. Status Jakarta yang masuk empat besar kota termacet di Jakarta diurai dalam waktu singkat. Kurang dari lima tahun peringkatnya sudah mendekati 50 besar. Artinya Sudah tidak jadi daerah yang macet lagi. Hal tersebut berkat sistem transportasi JakLingko yang mengintegrasikan moda transportasi umum di Jakarta, sehingga orang nyaman naik transportasi umum.
Selain itu berbagai masalah rumit di Jakarta diberesi mulai dari kampung kumuh, ketimpangan harga, perbaikan kualitas udara, hingga impian untuk memiliki stadion bertaraf internasional sudah dipenuhi. Semua dikerjakan dalam waktu singkat. Kurang dari lima tahun.
Kinerja yang mengilap ini yang memunculkan dukungan dan kerelawanan dari berbagai pihak. Muncul ribuan gerakan kerelawanan yang mendukung Anies Baswedan agar maju ke kancah nasional. Jaringan relawan Anies Baswedan ini tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Rote sampai Miangas. Luas dan solidnya jaringan relawan pendukung Anies Baswedan ini yang membuat dukungan kepada Anies sangat masif dan popularitasnya terus menanjak, meskipun bujet kampanye tidak sebesar Prabowo dan Ganjar.
Luar biasanya dukungan kerelawanan Anies Baswedan ini, mengingatkan kepada dukungan yang diterima Jokowi pada 2014 saat dia akhirnya melenggang menjadi presiden. Apakah ini pertanda bahwa Anies Baswedan akan mengulangi kesuksesan Jokowi menuju kursi RI 1?
Komentar