KOHATI PB HMI Dukung Kampanye #BumilSehat Turunkan Angka Stunting

TILIK.ID — Angka prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 oleh Kementerian Kesehatan sebesar 24,4 persen. Stunting menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), adalah gangguan perkembangan pada anak yang disebabkan gizi buruk, terserang infeksi yang berulang, maupun stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Pada momen peringatan Hari Ibu tahun 2022, Kementerian Kesehatan menggalakkan kampanye #BumilSehat dengan melibatkan stakeholder lintas sektor secara nasional. Kampanye ini sebagai wujud dukungan kepada para ibu yang tengah menjalani masa kehamilan dan atau melaksanakan program hamil.

Korps HMI Wati (KOHATI) PB HMI sebagai organisasi kemahasiswaan yang fokus pada isu keperempuanan turut serta dalam kampanye tersebut untuk mendukung upaya percepatan penurunan stunting dan menjaga kesehatan ibu hamil. Partisipasi ini berlandaskan pada salah satu program kerja KOHATI PB HMI Bidang Hubungan Antar Lembaga (HAL) yakni Mewujudkan Indonesia Bebas Stunting.

Ketua Bidang HAL KOHATI PB HMI, Nurmaida Saana menyebut visi ini telah diimplementasikan dalam berbagai medium, baik melalui webinar pencegahan dan penanggulangan stunting, serta sosialisasi terkait kesehatan ibu, calon pengantin, dan kesehatan remaja.

BACA JUGA :  Ketua Umum METI Menjawab Kritik Masyarakat Sipil soal RUU EBT

Selain itu, bidang HAL juga menjalin komunikasi dan kerja sama dengan beberapa kementerian/lembaga untuk pengentasan stunting. Hal itu dilakukan guna mendukung tercapainya target penurunan angka stunting pada tahun 2024 sebesar 14 persen.

“Angka target penurunan stunting ini sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting. KOHATI PB HMI melalui Bidang HAL turut mengambil peran dalam bentuk program kerja yang fokus pada pencegahan dan penanggulangan stunting,” jelas Nurmaida, Kamis (22/12/2022).

Bayi terlahir secara stunting, lanjut Nurmaida dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor tersebut baik dari budaya, pola asuh, sosial -ekonomi, hingga lingkungan seperti akses layanan kesehatan bagi ibu hamil. Rendahnya kualitas layanan kesehatan terhadap ibu hamil dapat menyumbang peningkatan angka kematian ibu (AKI).

Sehingga kualitas layanan kesehatan bagi ibu hamil harus menjadi perhatian khusus karena tahapan layanan kesehatan yang diperoleh harus secara berkesinambungan dari masa sebelum hamil sampai sesudah melahirkan.

“Peningkatan kualitas layanan itu untuk menurunkan angka kematian ibu hamil. Sebagaimana diketahui pemerintah menargetkan penurunan AKI di tahun 2024 dapat mencapai 183 per 100.000 KH. Saat ini AKI masih berada di angka 305 per 100.000 KH, sangat jauh dari target,” papar lulusan Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ini.

BACA JUGA :  Dilantik La Ode Basir, Relawan di Tiga Daerah Jateng Ini Deklarasi Dukung Anies

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 tahun 2021 tentang pelayanan Kesehatan ibu hamil (antenatal care), dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sebanyak menjadi 6 kali pemeriksaan. Mulai dari masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan, pelayanan kontrasepsi dan pelayanan kesehatan seksual.

Terakhir, fungsionaris KOHATI PB HMI asal Sulawesi Tenggara (Sultra) ini juga mengajak kepada seluruh perempuan di Indonesia untuk membumikan kampanye dimaksud. Sederhananya, bentuk dukungan yang dapat dilakukan menurut Nurmaida adalah dengan melakukan pendampingan kepada ibu hamil berupa pemeriksaan nutrisi kehamilan, edukasi pentingnya pemeriksaan kesehatan secara rutin, dan imbauan agar melakukan pemeriksaan di fasilitas layanan kesehatan (fasyankes).

Sehingga angka kematian ibu dan anak terlahir secara stunting dapat dicegah sejak dini. Dimana keterlibatan semua pihak mendukung gerakan #BumilSehat diharapkan akan mampu mencapai target penurunan angka prevalensi stunting hingga 14 persen di tahun 2024.

Komentar