Wahidah Laomo, dari Aktivis Pergerakan Mahasiswa yang Tak Henti Berikhtiar


Oleh: Fiam Mustamin

APA pembedanya kader aktivis pergerakan dengan yang lain?

Perilaku penyandang aktivis memiliki konsepsi dan inovasi pemikiran dan pergerakan mengeksekusi/ mengoperasionalkan apa yang dikonsepsikannya.

Aktivis memiliki obsesi pemikiran untuk kehidupan kemaslahatan orang banyak, bukan hanya bersifat personal atau kelompok golongan dan pribadi terbatas.

Karena itu, kepada siapapun yang akan dipilih untuk mengembang jabatan/amanah publik perlu mempertimbangkan referensi keaktivisan itu, tidak cukup hanya dengan profesional dan dukungan politik semata.

Ketua Umum Wanita Pertama

Wahidah (Ida) dari IKAMI Sulsel Cabang Samarinda menorehkan namanya dalam sejarah Pergerakan Mahasiswa sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa Pelajar Indonesia/PB IKAMI Sulawesi Selatan periode 1996 – 1998.

Selama itu di Jakarta, saya terus berinteraksi selaku Sekretaris Eksekutif Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS).

Ida bahkan menjadi pengurus yang turut memperkuat kinerja Sekretariat KKSS bersama Alief, Erwin, Faizal, Ruslan dan Aprial.

Mereka pro aktif terlibst dengan program KKSS khususnya penerbitan Bulletin KKSS yang kemudian jadi majalah PINISI.

BACA JUGA :  Emak-Emak: Rakyat Sudah Susah, Stop Bikin Kegaduhan Baru

Generasi Ida dan kawan-kawan ini berada dalam era perjuangan sulit melatih kesabaran untuk beradaptasi berada di tengah keterbatasan fasilitas yang tidak terbuka aksesnya seperti saat ini.

Bersyukur mendapatkan seorang Ketua Umum KKSS Beddu Amang yang berlatar aktivis mengontrakan sebuah rumah besar yang menjadi kantor yang multiguna dan transit bagi mereka.

Jodoh Satu Gandong

Analogi itu untuk gambaran pertemuan jodoh Ida dengan Fery, yang pernikahannya berlangsung 3 Maret 2011 di Jakarta.

Gandong itu adalah simbol mahkota perikatan kekerabatan dan persaudaran masyarakat Maluku, negeri seribu kepulauan.

Satu gandong tanah pusaka Maluku manise, itu syair lagu kegembiraan dari Maluku.

Ida dan Fery satu jodoh yang chemistry dan bersinergi dalam mengembangkan bisnisnya.

Ida yang aktivis sarat dengan gagasan dan Fery yang piawai merancang dan melaksanakan segala bentuk even/ acara antara lain pertemuan, perkawinan yang disesuaikan dengan tingkat pemesanannya.

Restoran Coba Rassa

Nama reatoran Coba Rassa itu, konotasinya sebagai ajakan undangan untuk datang mencicipi menu yang ada di restoran itu.

BACA JUGA :  Malik Fajar, Sang Manajer

Sekali coba akan berulang dan mengabarkan kepada yang lainnya.

Restoran itu juga berfungsi menjadi ajang silaturahmi antar kerabat sembari menikmati menu berbagai rasa, cobain deh.

Restoran itu ada di wilayah Halim, Kwitang, segera di buka di Kartika Chandra Hotel dan wilayah lain di Jakarta.

Melayani acara acara pertemuan kekuarga besar alumni KAHMI, paguyuban Warga Sulawesi Selatan/ KKSS dan relasi lainnya.

Berbahagia pasangan ini memiliki dua orang putri yang sedang merampungkan studinya.

Seorang itu bernama Amalia Ghaisani Apnili Della, studi media/seni kreatif animasi di Asia Fasific University Jepang.

Seorang lagi, Hani Septia Faradella, studi Kedoktoran dengan nilai indek perestasinya sangat memuaskan / cum laude dirampungkan tigah setengah tahun di Universutas Hasanuddin Makassar. Putra bungsunya M. Rizki Okto Khuzahim Azhari kelas enam Sekolah Dasar di Jakarta International School (JIS).

Mereka itu generasi milenia harapan mereruskan kepemimpinan dengan profesionalitasnya dengan tetap berpegang pada landasan jatidiri bangsanya.

Legolego Ciliwung
7 September 2022

Komentar