Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)
PENULIS sama sekali tidak sedikitpun meragukan komitmen dan militansi Relawan Anies Baswedan. Semangat mereka dalam memenangkan Pak Anies Baswedan, semangat ‘45. Semangat seperti para pejuang kemerdekaan merebut kemerdekaan, 17 Agustus 1945.
Itu yang tidak dimiliki oleh relawan calon presiden lain. Relawan Anies Baswedan bergerak dengan modal sendiri. Modal utama mereka adalah ghirah (semangat juang) dan semangat perubahan (agent of change).
Tentu saja kita berharap stamina Relawan Anies tetap semangat juang ‘45. Ada beberapa pesan kemerdekaan agar Relawan Anies tetap terjaga staminanya hingga hari pencoblosan, 14 Februari 2024.
Pertama, Ikhlas. Stamina perjuangan itu tergantung niat dan motivasi. Bila niatnya ikhlas, sebesar apapun rintangan menghadang akan terus bergerak dan terus bergerak. Lelah menjadi Lillah. Lelah membawa berkah.
Kedua, Relawan Anies representasi Anies. Pak Anies dikenal sebagai pribadi yang shalih, cerdas, baik, santun, tenang dan tuntas. Relawan Anies harus menduplikasi pribadi dan karakter Pak Anies. Orang baik bersama orang baik. Jangan sampai merusak nama baik Pak Anies. Lisan dan perilaku harus terjaga agar pemilih tertarik untuk memilih Pak Anies. Penampilan Relawan Anies yang sejuk, teduh dan menyenangkan.
Ketiga, Relawan Anies ujung tombak pemenangan Anies. Relawan Anies berada di garda paling depan, baik sebagai marketing Anies maupun sebagai konsultan Anies. Berhubungan langsung dengan masyarakat pemilih.
Sebagai marketing Anies, Relawan Anies memperkenalkan, mensosialisasikan dan mengkampanyekan pribadi, prestasi dan karya Pak Anies.
Demikian pula sebagai konsultan Anies. Relawan Anies harus mampu memberikan manfaat dan solusi terbaik bagi permasalahan keseharian warga masyarakat.
Oleh karenanya Relawan Anies, baik sebagai marketing Anies maupun konsultan Anies mesti menguasai product knowledge, strategi, medan dan psikologi pemilih.
Product knowledge Relawan Anies adalah Pak Anies itu sendiri, visi misi dalam membawa perubahan Indonesia, prestasi dan karya monumental Pak Anies Baswedan.
Keempat, Kerja relawan adalah kerja electoral. Melakukan kerja-kerja yang bisa menambah dukungan dan suara. Apapun yang dikerjakan oleh relawan Anies harus berdampak pada electoral dan elektabilitas Pak Anies.
Kelima, Hindari konflik internal. Biasanya konflik internal organisasi kerelawanan bermuara dari adanya kepentingan pribadi salahsatu pengurusnya.
Betapa banyak organisasi kerelawanan layu sebelum berkembang. Dilanda konflik internal. Tak heran bila ada simpul relawan terpecah belah. Fenomena munculnya simpul relawan tandingan.
Umumnya konflik internal bermula dari kepentingan pribadi. Indikatornya; membangun ‘kekuatan’ sendiri di dalam organisasi kerelawanan, anti kritik, one man show, cenderung memaksakan pendapat dan orang lain seperti dalam pikirannya.
Sistem kerja organisasi kerelawanan guyub dan rukun. Mengutamakan kebersamaan dan keselarasan. Manajemen kerja team total football, yaitu filosofi mengharuskan relawan untuk merasa nyaman dengan kerja electoral di lebih dari satu tugas secara konstan sambil terus menguasai peta dukungan agar memilih Pak Anies.
Fleksibel dan banyak saling memaklumi kekurangan masing-masing. Lihat kebaikannya, perbaiki pelan-pelan kekurangannya. Bila ada kekurangan atau kesalahan jangan dipergunjingkan (ghibah), selain dosa juga suatu ketika kita akan dipergunjingkan.
Keenam, Hindari rebutan dan saling bajak relawan. Para pengurus simpul relawan dan relawan mesti memahami betul matematika relawan. Idealnya 1 + 1 = 2. Praktiknya banyak simpul relawan terjebak dengan 1 + 1 = 1, karena beberapa relawan aktif sebagai pengurus alias rangkap jabatan di beberapa simpul relawan alias L4 (loh lagi-loh lagi). Tak berdampak sama sekali secara electorali bahkan rugi bila dihitung dari biaya dan efektivitas kerja relawan dalam mendulang dukungan.
Ketujuh, Matematika politik kerelawanan. Peta politik Pilpres 2024 amat berbeda dengan Pilpres tahun 2019. Bisa saja partai tertentu pada 2019 tidak berkoalisi. Pada 2024 mereka berkoalisi mengusung calon presiden yang sama. Stop stigma cebi dan kampri. Dua-duanya dirangkul untuk mendukung dan memilih Pak Anies.
Dengan perubahan peta politik tersebut, otomatis terjadi pergeseran dukungan. Barangkali rumus matematika politik kerelawanan ini dapat diterapkan: 01 + 02 = 03. Kita harus merebut suara dari pemilih Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2019 yang lalu. Bila kedua pemilih kedua calon presiden tersebut berhasil diraih, misalnya saja dari pemilih Jokowi bisa diambil 25 persen dari perolehan suara Jokowi dan pemilih Prabowo 80 persen. Maka jumlah pemilih Anies Baswedan pada Pilpres 2024 Insyaallah mencapai minimal 58 persen.
Pendukung Pak Anies di Pilpres 2024 kebanyakan berasal dari pendukung Pak Prabowo di Pilpres 2019. Lebih dari 80 persen Relawan Prabowo beralih menjadi Relawan Anies. Penulis sendiri mantan Ketua Umum JAMIL PAS (Jawa Barat Memilih Prabowo-Sandi).
Kesembilan, Apapun Relawannya, Presidennya Anies Baswedan. Organisasi relawan boleh menjamur bak cendawan. Kompetisi harus ada. Kompetisi dalam menambah jejaring dan electoral. Bersinergi dan berkolaborasi meraih dukungan masyarakat seluas-luasnya. Bukan berkompetisi memperebutkan pengaruh untuk mengejar posisi.
Ibarat Aqua. Orang bilang air mineral aqua. Padahal belum tentu trademark-nya Aqua. Bisa air al-Ma’soem. Bisa pula Amidis. Demikian pula dengan ANIES. Ingat relawan ANIES, ingat ANIES. Padahal bisa saja JABAR MANIES, SOBAT ANIES dan KOMANDAN misalnya. Soal kualitas relawan, persis kecap. Semua kecap nomor 1. Tidak ada kecap nomor 2. Semua kualitas relawan Anies nomor 1. Seperti Teh Botol. Apapun relawannya, Presidennya Anies Baswedan.
Merdeka!
Bogor, 16 Muharram 1444/14 Agustus 2022
Komentar