Selamatkan Indonesia, Calon Tunggal Pasangan Anies-Puan Sebuah Keniscayaan


Oleh: Isa Ansori
(Kolumnis, Tinggal di Surabaya)

SUDAH hampir 10 tahun suasana berbangsa kita mengalami situasi yang sangat mencekam, pertarungan cebong-kampret pun tak kunjung usai meski perhelatan pilpres sudah selesai, apalagi para kontestasi juga sudah menjadi satu gerbong koalisi di pemerintahan.

Mestinya setelah menyatunya para kontestan dalam satu koalisi, suasana yang mencekam itu juga harus berangsur-angsur berakhir. Namun sayangnya mereka nampak menikmati perseteruan ini sampai sekarang. Bahkan ada kecenderungan untuk dipelihara demi menutupi aib amanah yang tak ditunaikan.

Bagaimana mungkin bangsa yang besar ini bisa menyongsong kejayaannya, kalau bangsa ini dihuni oleh para pemimpin dan pendukungnya yang berotak kecil dan tak berjiwa besar.

Nampaknya kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan mulai tumbuh dan bersemai di jiwa beberapa elite politik.

Kesadaran elite semakin menemukan momentumnya ketika massa dari partai politik mulai mendesakkan nama-nama calon pasangan presiden yang memungkinkan bisa mengantarkan Indonesia serta menyelamatkannya.

Anies Rasyid Baswedan atau yang biasa dipanggil Anies adalah nama yang digadang sebagai sebuah sosok yang mampu menyelamatkan Indonesia dari keterbelahan dan melewati fase sulit menuju kebangkitan Indonesia.

Nama Anies selalu menghiasi “top mind” diberbagai survei yang ada. Nama Anies menjadi sebuah jaminan dan kepercayaan, karena tidak hanya berbicara tapi sudah membuktikan dengan karya. Anies selama memimpin Jakarta menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin yang jujur, berpihak kepada rakyat, mampu membuktikan seluruh janji politiknya di hadapan masyarakat Jakarta dan yang lebih menakjubkan lagi, Anies mampu mensejajarkan dirinya dengan pemimpin bangsa-bangsa lain di dunia. Anies sosok pemimpin yang peduli dengan masa depan Indonesia dan dunia.

BACA JUGA :  Teriakan “Anies Presiden” di Masjid Kampus UGM

Tak heran reputasi Anies menarik perhatian banyak orang di berbagai penjuru kota dan desa di Indonesia.

Dukungan agar Anies menjadi presiden Indonesia di 2024 mulai mengalir dan berdatangan, misalkan massa dan sebagian elite PPP sudah mulai menyuarakan dukungannya agar Anies direkomendasi menjadi calon yang didukung.

Hal yang sama terjadi di PAN yang dilakukan oleh massa dan elite PAN. Sebagaimana yang terjadi di PPP, suasana kegelisahan bahwa bangsa ini mengalami persoalan dan hanya Anies yang akan mampu membawa bangsa ini keluar dari kesulitan yang ada, para warga PAN dan elite-nya sudah mulai menyuarakan dukungannya agar PAN menjadikan Anies sebagai calon yang didukung.

Meski PPP dan PAN adalah partai yang selama ini menjadi koalisi pemerintahan Joko Widodo, namun asprasi massanya lebih condong ke Anies dibanding calon yang didukung oleh istana.

Nampaknya suasana kebatinan massa PAN dan PPP, ditangkap lebih tegas oleh Partai Nasdem, melalui Rakernas yang diadakan tanggal 15 – 17 Juni 2024, Partai Nasdem memutuskan Anies sebagai salah satu calon yang direkomendasikan dengan didukung oleh 32 DPW dari 34 DPW yang ada.

Bandul yang diayun oleh Partai Nasdem nampaknya juga mengenai pada massa dan elite PKS, melalui Rapimnas yang diadakan, PKS menyuarakan kriteria calon presiden yang akan didukung. Publikpun mahfum bahwa kriteria yang dibangun oleh PKS mengarah pada Anies Baswedan. Bahkan berdasarkan survei internal PKS yang disampaikan oleh Wakil Majelis Syuro, Sohibul Iman, 60 persen warga PKS menginginkan Anies menjadi calon presiden.

BACA JUGA :  Best Friend or Worst Enemy

Secara terpisah, Megawati melalui sekolah Partai yang diselenggarakan, mengatakan bahwa PDIP tidak akan toleransi kepada kadernya yang bermain dua kaki, ini diasumsikan sebuah pernyataan yang merespon rekomendasi Partai Nasdem terhadap Ganjar Pranowo. Bahkan dengan tegas Megawati mempersilahkan siapapun kader yang bermain dua kaki agar keluar dari PDIP.

Tentu bukan tanpa maksud Megawati mengatakan hal seperti itu, apalagi dalam pidatonya, Megawati juga menyinggung persoalan gender. Ini bisa dimaknai bahwa calon PDIP tidak hanya laki-laki tapi bisa jadi juga perempuan.

Pesan Megawati tentang persoalan gender jauh hari sudah terjawab dengan pernyataan Puan bahwa dia tidak ada masalah dengan Anies dan PDIP akan terbuka kepada siapapun, termasuk kepada Anies Baswedan.

Bahkan untuk menepis anggapan bahwa PDIP ada masalah dengan Anies, Puan hadir dalam event Formula E dan tampak akrab berswafoto bersama Anies.

Kehadiran Jokowi pada event Formula E di tengah kritikan para pendukungnya, juga menepis anggapan bahwa Jokowi ada masalah dengan Anies. Kalaupun anggapan itu benar, kehadiran Jokowi pada event Formula E adalah sebuah upaya meredam keterbelahan yang digaungkan oleh para buzzer yang selama ini berlindung di balik namanya.

Dukungan terhadap Anies juga secara tersirat muncul dari Prabowo Subianto, Ketua Umum partai Gerindra. Dalam pernyataannya Prabowo juga mempertimbangkan untuk mendukung generasi muda agar memimpin Indonesia, meski tak jelas dukungan itu diarahkan kepada siapa, namun kalau melihat berbagai survei, anak muda yang muncul adalah Anies dan Ganjar, terhadap Ganjar tentu kemungkinannya akan sangat kecil, mengingat faksi yang ada didalam Gerindra akan lebih banyak memberi dukungan kepada Anies yang belum punya partai dibanding Ganjar yang merupakan kader partai lain.

BACA JUGA :  Jangan Bernyanyi di Panggung yang Salah

Jokowi, Puan, Megawati, Surya Paloh, Prabowo Subianto, Zulkifli Hasan, Airlangga Hartarto, AHY, Suharso Manoarfa, Muhaimin Iskandar dan Ahmad Syaikhu serta beberapa tokoh bangsa dan negarawan tentu sudah jengah dengan situasi yang ada, situasi bangsa yang berpotensi terbelah.

Sebagai negarawan yang mencintai NKRI tentu mereka berupaya mencari cara untuk mengatasi keterbelahan ini.

Merujuk pada tulisan sahabat saya dan senior saya, Dr Tony Rosyid, pengamat politik dan pemerhati bangsa, Anies-Puan Calon Tunggal? Menurut saya itu adalah hal yang sangat mungkin sebagai upaya jalan tengah di situasi bangsa yang telah terbelah. Ini merupakan celah untuk menyudahi kedzaliman yang di sengaja dilakukan oleh mereka yang merawat dan menikmati keterbelahan ini.

Menurut Tony, jika pasangan Anies-Puan diusung oleh semua Partai sebagai calon tunggal, maka ini akan menjadi kemenangan semua Partai dan kemenangan Indonesia. Menghapus black campaign, saling menjatuhkan dan akan bersatu, tentu ini akan memudahkan bangsa ini membangun masa depan.

Soal bagaimana mewujudkan gagasan calon tunggal ini demi menyelamatkan bangsa dan lokomotif persatuan, disini dibutuhkan kemauan baik presiden Jokowi.

Sudah saatnya seluruh elite partai bersama presiden Jokowi duduk membicarakan keselamatan Indonesia dan menjahit kembali persatuan yang terkoyak ini.

Demi Indonesia yang lebih baik dan kebangkitannya, jiwa negarawan dan meletakkan kepentingan bangsa jauh di atas kepentingan partai, golongan apalagi pribadi adalah sebuah keniscayaan yang sangat dibutuhkan. Semoga saja bisa terjadi!

Surabaya, 24 Juni 2022

Komentar