Oleh: Tarmidzi Yusuf
(Pegiat Dakwah dan Sosial)
SEJAK deklarasi ANies (Aliansi Nasional Indonesia Sejahtera) Oktober tahun lalu. Kegiatan serupa terus menggeliat bak jamur di musim hujan. Tiada hari tanpa deklarasi Anies for President. Bergema dari satu daerah ke daerah lain. Terus membahana seantaro Nusantara.
Deklarasi ANies ibarat adzan awal sebelum adzan shubuh. Membangunkan harapan baru dari sosok pemimpin shalih, cerdas, santun dan bersahaja. Gema adzan awal ANies membuka jalan bagi organisasi relawan lainnya mendeklarasikan hal serupa. JABAR MANIES, Jawa Barat Bersama Anies Presiden misalnya.
Satu sisi sangat membahagiakan. Terharu. Pencinta dan pendukung Anies Rasyid Baswedan satu persatu muncul ke permukaan. Tanpa komando dari Anies. Murni bergerak dari aspirasi grassroots. Gerakan akar rumput. Mengekspresikan pilihan politiknya. Anies for President Indonesia.
Namanya juga relawan. Tidak dibayar. Bukan tidak ada harganya. Karena harganya tak ternilai. Tidak bisa dirupiahkan. Sesuai namanya, relawan. Rela menurut KBBI artinya bersedia dengan ikhlas hati. Rela dengan ikhlas tanpa mengharapkan balas budi dari Anies Baswedan. Relawan artinya orang yang bersedia dengan ikhlas hati untuk melakukan sesuatu. Sesuatu menurutnya baik dan penuh harapan. Bahasa agamanya disebut muhlisin, orang-orang yang ikhlas.
Pada sisi lain, menjamurnya organisasi relawan Anies Baswedan sebuah tantangan dan harapan baru. Tidak hanya berhenti dari deklarasi ke deklarasi. Lebih penting dari semua itu adalah kerja electoral para relawan. Bukan euforia sesaat. Bahu membahu menjadi marketing politik gratisan. Marketing dari sebuah brand bernama Anies Rasyid Baswedan.
Dalam perjalanannya, menjamurnya organisasi relawan bukan tanpa masalah. Terkadang ada kompetisi yang kurang sehat antar organisasi relawan. Rebutan relawan. Saling klaim organisasi relawan. Baperan. Malah ada relawan bergabung dengan semua organisasi relawan.
Sedihnya lagi bila relawan punya agenda sendiri sebagai relawan rupiah dan relawan jabatan. Ingin dapat ini dan itu. Posisi itu dan ini dengan ‘membajak’ organisasi relawan untuk memperkuat bargaining position. Bisa merusak soliditas dan kekompakan. Tidak dipenuhi, kecewa. Mutung.
Idealnya seorang relawan aktif hanya di satu organisasi relawan saja. Tidak perlu ada di semua organisasi relawan. Yang penting kerja relawan kerja electoral. Sehingga pendukung Anies Baswedan bertambah setiap hari. Tolok ukurnya jelas. Dari seorang relawan bisa melahirkan ratusan bahkan ribuan relawan baru. Bukan hanya berisik di media sosial. Berisik kerja terjun ke lapangan. Tidak hanya pandai beretorika tapi pandai aksi nyata.
Ibarat dalam dunia marketing, relawan itu marketing politik dari sebuah produk yang memiliki nilai jual tinggi. Fast moving, pergerakan cepat. Keunggulan produk diakui oleh kawan dan lawan. Produk yang teruji dengan segudang penghargaan. Produk yang menghasilkan mahakarya untuk negeri. Produknya Anies Rasyid Baswedan.
Organisasi relawan boleh menjamur bak cendawan. Kompetisi harus ada. Kompetisi dalam menambah jejaring dan electoral. Bersinergi dan berkolaborasi meraih dukungan masyarakat seluas-luasnya. Bukan berkompetisi memperebutkan pengaruh untuk mengejar posisi.
Ibarat Aqua. Orang bilang air mineral aqua. Padahal belum tentu trademarknya Aqua. Bisa air al-Ma’soem. Bisa pula Amidis. Demikian pula dengan ANIES. Ingat relawan ANIES, ingat ANIES. Padahal bisa saja JABAR MANIES atau ABRI-1 misalnya. Soal kualitas relawan, persis kecap. Semua kecap nomor 1. Tidak ada kecap nomor 2. Semua kualitas Relawan Anies nomor 1. Seperti Teh Botol. Apapun relawannya, Presidennya Anies Baswedan.
Bandung, 19 Syawal 1443/20 Mei 2021
Komentar