Anies Baswedan, Korban Propaganda


Oleh: Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

ANDA berkawan boleh sama siapa saja. Tidak ada aturan, syarat dan batasan memilih kawan. Anda berkawan dengan politisi, tak berarti anda adalah politisi. Anda berkawan dengan pebisnis, gak harus Anda jadi pebisnis. Anda berkawan dengan pilot, gak ada syarat Anda harus sekolah dulu di sekolah penerbangan. Anda berkawan dengan tentara, gak harus Anda daftar dan masuk tentara.

Fenomena Anies memang cukup unik. Jadi rektor Universitas Paramadina dibilang liberal dan Syiah. Biasanya kalau orang itu liberal tidak Syiah. Karena Syiah seringkali lebih berwatak militan dan konservatif. Ingat Salman Rusdi, seorang sastrawan Inggris yang divonis mati oleh Iran?

Karena Paramadina di era sebelum Anies pernah kerjasama dengan Iran, maka + Paramadina dianggap Syiah. Kalau semua orang Paramadina Syiah, berarti Tsamara dan Giring Syiah. Keduanya pernah belajar di Paramadina. Shohibul Iman juga Syiah dong, karena pernah jadi rektor Paramadina sebelum Anies. Bukannya PKS sering distigmakan wahabi. Nah, makin rancu. Dimana rancunya? Ya di otak para penuduh itu.

Anies juga dituduh Islam garis kanan. Pasalnya, Anies didukung oleh Habib Riziq dan FPI saat pilgub DKI. Apalagi juga diusung oleh PKS. Rupanya, Gerindra gak dianggap. Kalau hanya FPI yang mendukung, mana mungkin bisa menang? Nah, ini bisa dilihat data surveinya, kalangan mana aja yang dukung Anies saat pilgub. Malah sebaliknya, non muslim dan ada satu etnis yang “hampir semuanya” tidak mendukung Anies. Dengan begitu, Siapa yang SARA? Ini mesti obyektif.

BACA JUGA :  AHY: Terima Kasih Bapak Presiden Joko Widodo

Kalau di Pilpres nanti Anies diusung oleh PDIP, orang akan bilang Pak Anies itu sekuler. Sesimple itukah? Ya, kalau yang menuduh orang awam, wajarlah itu. Namanya orang awam, No data, No referensi, No teori, No mikir. Tapi, kalau yang menuduh itu elit politik, ya itu sudah pasti politis. Kalau yang menuduh itu tokoh agama, berarti dia jadi korban isu yang sengaja dikelola oleh para politisi.

Kadrun, cebong, wahabi, radikal, Islam kanan, Intoleran, itu semua politis. Sengaja ada yang menghembuskan dan memeliharanya untuk kepentingan politik tertentu. Belakangan, bukan hanya kepentingan politik, tapi juga untuk kepentingan bisnis. Terutama ketika rencana pembangunan 13 pulau reklamasi dihentikan.

Ketika sejumlah Pendeta dari sejumlah sekte gereja bicara bahwa Anies Baswedan itu akademisi dan intelektual yang toleran, adil dalam memimpin, memberlakukan semua orang setara, mulai sebagian orang tersadarkan.

Coba anda bayangkan jika Anies Baswedan keluar masuk gereja dan wihara tanpa ada stigma awal bahwa ia adalah Islam kanan, maka hampir pasti Anies Baswedan akan dituduh sebagai agnotis. Beragama anonim. Setidaknya akan dianggap orang yang gak jelas agamanya. Gak jelas komitmen keimanannya.

BACA JUGA :  Demonstran Tolak Hasil Pemilu Berdatangan ke Gedung KPU

Begitulah, agama memang sering dijadikan instrumen yang efektif untuk mengelola isu berkaitan dengan tujuan dan kepentingan politik tertentu. Agama, karena sifatnya yang sentimentil, seringkali dijadikan alat untuk propaganda, menjauhkan kelompok pemilih dari lawan-lawan politik.

Di masyarakat NU, isu Wahabi efektif untuk menghindarkan kelompok Nahdliyin dari politisi PKS. Di kelompok militan Islam, isu liberal dan Syiah sangat efektif untuk mengambil suara mereka agar tidak ke partai/politisi lain. Di kelompok Islam dan militer, isu PKI/komunis juga efektif untuk mendekati dan mengambil suara mereka.

Isu semacam ini masif terutama jelang pemilu. Kalau sudah gak ada kaitannya dengan pemilu, isu semacam ini akan mereda. Karena sudah tidak lagi dibutuhkan.

Anies Baswedan saat ini dalam posisi sebagai kandidat presiden yang potensial. Tidak saja potensial dicalonkan, tapi juga potensial menang. Bagi kelompok lawan, isu tentang Anies akan semakin dikencangkan. Diksinya masih menggoreng isu politik identitas.

Anda bisa bayangkan jika Anies foto bertiga, sebelah kanan Habib Rizieq dan sebelah kiri presiden PKS. Gak kebayang betapa viralnya foto itu. Lebih viral dari isu kudeta. Tuduhan radikal, wahabi, Islam kanan, dan garis keras akan mengalir membentuk gelombang yang besar. Ini baru bertiga. Apalagi kalau tambah satu orang lagi jadi empat. Orang keempatnya adalah Farid Otbah. Langsung dicap teroris. Itulah politik.

BACA JUGA :  Anies Dampingi Wapres Ma’ruf Amin Buka Rakernas APPSI di Bali

Setelah foto beredar, besoknya Anies boleh jadi akan dilarang masuk gereja dan Wihara. Takut dianggap akan meledakkan tempat ibadah itu. Dahsyat bukan? Memang gak logis, tapi ya begitulah sensifitas masyarakat beragama. Agama apapun. Seringkali tidak rasional.

Kasihan masyarakat beragama. Selalu menjadi bulan-bulanan permainan politik elit yang terus menerus membuat propaganda melalui instrumen dan psikologi umat beragama.

Sederhana membedah fenomena semacam ini. Gunakan teori Lewis Coser: The function of social conflict. Konflik itu sengaja dibuat agar kelompok masyarakat tertentu menjauh dari lawan kemudian mendekat dan memilih politisi itu. Jasa para buzzer seringkali digunakan untuk menjadi aktor penyerang di media sosial. Very simple. Sesederhana itu.

Jakarta, 21 April 2022

Komentar