Anies Simbol Gerakan Perubahan


Oleh: Isa Ansori
(Kolumnis)

KAMIS, 7 April 2022 bertepatan dengan 5 Ramadhan 1443 H, Anies dijadwal sebagai khatib pada sholat taraweh di Masjid Kampus UGM, Jogjakarta.

Nampaknya kedatangan Anies di Masjid Kampus UGM ini seperti pulang ke rumah sendiri. Betapa tidak, Kampus yang pernah membesarkan dia dan sudah lama dia tinggalkan, kini memanggilnya kembali untuk sekedar berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana membangun kota yang berbasis lingkungan yang berkelanjutan dalam perspektif Islam.

Yang menarik adalah kedatangan Anies di Kampus ini disambut dengan sambutan yang luar biasa. Hampir setiap jamaah merangsek ingin mendekat dan bersalaman.

Lebih menarik lagi kedatangan Anies selain disambut dengan jabat tangan, para jamaah juga melakukan koor serentak dengan memanggil Anies Presiden.

Dalam beberapa tayangan video yang beredar di masyarakat melalui media sosial, Anies kewalahan menyambut antusiasme jamaah dan sambil senyum sebagai suatu kebiasaannya, dia ladeni semua keinginan warga.

Teriakan Pak Anies Presiden, Pak Anies Presiden menggema dan mewarnai suasana paska pelaksanaan sholat taraweh.

BACA JUGA :  OtonomI Daerah di Era Corona

Suasana yang terjadi malam itu di Masjid Kampus UGM seolah menjadi resonansi dari suara-suara yang tersebar di masyarakat.

Masyarakat mulai merasa jengah dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh pemerintah yang tidak peka dengan kehidupan dan kesulitan masyarakat.

Pemerintah lebih sibuk dengan urusannya sendiri sementara rakyat dibiarkan dalam kesulitannya. Kelangkaan minyak goreng sebagai contoh, justru tidak ditindak mafia penimbun minyak goreng, pemerintah malah mengeluarkan BLT minyak goreng.

Mafia minyak goreng bersuka ria, perbuatannya menyengsarakan malah diganjar dengan keuntungan berlimpah. Janji Mendag akan menangkap mafia minyak goreng, tapi kepolisian mengatakan tidak cukup bukti.

Setelah minyak goreng langkah, kabar tak sedap lagi didengar rakyat. Pemerintah begitu teganya menaikkan harga BBM jenis Pertamax yang berimbas pada kenaikan harga-harga lain. Tidak ada upaya bagaimana membantu menangani kesulitan masyarakat. Sepertinya terjadi pembiaran.

Rakyat pun semakin terpuruk dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yang tak berpihak.

Bahkan yang menyakitkan adalah tanpa rasa malu, pemerintah menabrak konstitusi dengan berupaya memperpanjang jabatan presiden dengan isu pemunduran pemilu dan upaya melegalkan Jokowi tiga periode.

BACA JUGA :  Menhub: Pulang Kampung dan Mudik Sama Saja, Jangan Dikhotomi

Di lain sisi, hari-hari ini yang tergabung di dalam BEM seluruh Indonesia menyerukan aksi menolak pemunduran pemilu, menuntut dilakukan kebijakan penurunan harga bahan pokok dan menolak Jokowi tiga periode.

Rakyat nampaknya menemukan momentumnya, Anies yang selama dianggap sebagai antitesa dari kepemimpinan yang tidak berpihak, kepemimpinan yang dikendalikan oligarki, kehadirannya dielu-elukan dan disematkan harapan besar tentang perubahan Indonesia.

Sambutan meriah terhadap di Jogjakarta dengan teriakan Pak Anies presiden, tidaklah yang pertama, di banyak tempat, Anies selalu disambut meriah dan diteriaki presiden Indonesia 2024.

Anies telah menjadi simbol gerakan perubahan, di pundak Anies rakyat berharap keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran.

Sebagai orang keturunan pejuang dan pahlawan nasional, Anies tentu tidak boleh diam, Jiwa Anies terpanggil dan Aniespun mengatakan bahwa saya hadir untuk bersama sama berjuang dengan rakyat untuk mewujudkan persatuan.

Surabaya, 8 April 2022

Komentar