Ludiro Prajoko
(Pengamat Politik dan Pamerhati Bangsa)
INDONESIA, dalam pandangan warga bangsa yang berfungsi dengan baik akal sehatnya, layaknya dalam kepungan, dari segenap penjuru-arah. Kepung tentu bukan kata yang tepat menggambarkan situasi-kondisi nyaman-menggembirakan, tapi dekat dengan “sesuatu yang sedang dalam bahaya”.
Berbagai aspek-sendi kehidupan berbangsa-bernegara memang tidak baik-baik saja. Sekelumit di antaranya: hutang yang melambung, tak hanya memberikan tekanan berat bagi perekonomian nasional, lebih-lebih ketepatan dan efektifitas pendayagunaan pinjaman memunculkan tanda tanya besar yang dicetak dengan tinta merah. Juga beban bagi martabat bangsa. Menanggung hutang dan menegakkan martabat bukan dua hal yang dengan riang berpelukan.
Garuda, secara teknis, sudah dianggap bangkrut, terkulai hendak menjadi tekukur. PLN dan sejumlah BUMN sesak nafas, khas gejala akut terinfeksi Covid. Rekagencar membangun infrastruktur, sebagaian berujung mangkrak (Bandara, ….). Selebihnya diobral (Jalan Tol). Tentu tak menyurutkan proyek kereta cepat, sekalipun para ekonom (kritis) memastikan bakal tekor. Proyek investasi tampaknya didasarkan pada analisis-perhitungan ekonomi bisnis yang nyleneh.
Radikalisme – terorisme menetaskan orok: moderasi agama. Menyasar ummat Islam. Lalu, disisir dengan operasi Kotak Amal dan jual-beli kurma, (juga minyak wangi?) yang dipindai sebagai sumber dana terorisme. Ditimpali pernyataan menteri, penceramah berjuluk buya, aktifis, akademisi (umumnya buzzeRp),,….., yang menyerang, menyudutkan, memancing konflik antar warga bangsa. Menunjukkan semakin jelas garis-garis retakan bangsa ini.
Eksploitasi kekayaan-SDA, kebijakan investasi, perpajakan, ketenagakerjaan (TKA) dikutuk banyak pihak karena dinilai amat merugikan dan cenderung mengajangi kepentingan penguasa-pengusaha. Faisal Basri lantang menyebut angka tidak kurang 100 T kerugian negara per tahun dari ekploitasi nikel.
Korupsi meriah layaknya pesta santap malam, beriringan dengan pelemahan KPK. Sejumlah Undang-Undang: Minerba, Omnibus, … dinilai pro _mafiopreneurship_ kalangan pemilik kuasa. Keculasan dan rente menampakkan wajah bengisnya, memanfaatkan teror kematian yang diusung wabah. Memeras melalui wirausaha menggeledah virus dipangkal hidung penduduk.
Indonesia: bangsa yang mengepung dirinya sendiri secara unik. Menyegarkan pengalaman kolektif masa kompeni. Haruskah membebaskan diri dari kepungan itu? Bagaimanakah agar terbebas dari mara bahaya itu? Tampaknya, belum banyak warga bangsa yang menggagasnya, dengan pengecualian berikut:
Ribka Tjiptaning, belasan tahun lalu, menyeru: hanya front Nasakom yang bisa keluarkan bangsa dari krisis. Front Nasakom bukan hanya milik orang komunis saja, petinggi NU dan kaum nasionalis juga ikut membangunnya. Nasakom gagasan Soekarno sejak muda. Dibulatkan di Istana Tampaksiring, hasil rembugan sejumlah tokoh: PNI, NU, PKI, dan Soekarno. Tak aneh bila ‘hari ini’ Ribka semakin menyakini seruannya. Boleh jadi, Ribka juga yakin PDI-P dan NU (struktural) berkenan mengulang – merevisi jalannya sejarah.
Sejumlah tokoh, pakar, dan aktivis mengemukakan perlunya aksi konstitusional masyarakat sipil agar bangsa ini lolos dari kepungan mara bahaya itu. Sarannya: meninjau ulang (sejumlah) UU, Reshuffle kabinet, …..
Sebagaian berancang-ancang mendayagunakan – memastikan momen Pilpres 2024 sebagai titik balik pembebasan dengan berupaya memunculkan-memenangkan Capres yang dapat diandalkan. Rintangannya pasti melimpah: Presidential Threshold 20 persen, Pemilihan Komisioner KPU, keganasan oligarkhi, siasat jahat kelompok kuat, ………
Sebagaian lainnya berusaha membangun gerakan masyarakat sipil yang lebih berotot. Mereka tajam mengritik rejim, memiliki akses ke komunitas-komunitas kritis, tak melewatkan momen-momen penting – bersejarah untuk melakukan aksi turun ke jalan menuntut Presiden segera mundur. Kalangan mahasiswa sesuai tugas moral dan sejarah, menjadi basis gerakan. Juga buruh, emak-emak, ……. Namun, sejauh ini, belum cukup berotot.
Pengalaman bangsa China dipenghujung Dinasti Qing juga begitu. Sampai muncul sosok muda Zou Rong yang memekik dalam Geming Jun, bukunya yang puitis: “Ayo, ……. Perancis menyelenggarakan revolusi. Orang Amerika merdeka setelah perang tujuh tahun. Seperti itu atau tidak, kalian mesti membikin revolusi di China”.
Revolusi yang didamba Zou terselenggara pada 1911: Tahun kembar!
Komentar