Jumhur Yakinkan Cuitannya Tidak Picu Keonaran, Juga Tidak Menimbulkan Keresahan

TILIK.ID — Aktivis buruh Jumhur Hidayat menjalani pemeriksaan sebagai terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis. Dalam keterangannya, dia meyakinkan cuitannya tidak memicu keonaran sebagaimana yang dituduhkan jaksa.

Dia menyatakan tidak ada satu bukti yang dapat menunjukkan bahwa kericuhan selepas unjuk rasa mahasiswa menentang UU Omnibus Law Cipta Kerja disebabkan oleh cuitannya.

Justru Junhur tidak mengetahui adanya kericuhan, karena saat bentrok berlangsung ia tengah menjalani operasi dan perawatan di rumah sakit.

“Saya tidak punya niat (terlibat) kerusuhan, keonaran, saya juga tidak terkoneksi dengan mereka (yang berbuat onar),” ucap Jumhur.

Seperti diketahui, pada 7 Oktober 2020, Jumhur mengunggah cuitan di akun Twitternya dengan menulis:

“UU ini memang utk PRIMITIVE INVESTORS dari RRC dan PENGUSAHA RAKUS. Kalau INVESTOR BERADAB ya seperti di bawah ini: 35 Investor Asing Nyatakan Keresahannya terhadap Pengesahan UU Cipta Kerja.
Klik untuk baca: kmp.im/AGA6m2”.

Cuitan itu dibuat menjelang Jumhur menjalani operasi kantong empedu. Usai mengunggah cuitannya, Jumhur mengaku tidak mengetahui kejadian di luar RS, karena ia fokus menjalani perawatan.

BACA JUGA :  Kemenkes: Vaksinasi Booster Tidak Bersifat Wajib

Jumhur kembali ke rumahpada 11 Oktober 2020, dan lima hari kemudian Kepolisian menangkap Jumhur di kediamannya.

Pada 16 Oktober 2020, polisi menetapkan Jumhur sebagai tersangka karena dia diyakini telah menyebarkan berita bohong bermuatan SARA yang menyebabkan adanya kericuhan.

Jaksa penuntut umum kemudian mendakwa Jumhur dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong yang menimbulkan kericuhan.

Jumhur terancam dijerat dua pasal alternatif, yaitu Pasal 14 ayat (1) juncto Pasal 15 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 KUHP atau Pasal 45A ayat (2) jo. Pasal 28 ayat (2) UU No.19/2016 tentang Perubahan UU No.11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Atas tuduhan itu, Jumhur di persidangan menegaskan cuitannya bukan berita bohong, karena tulisannya di Twitter merupakan kritik dan komentar terhadap berita Kompas.com berjudul “35 Investor Asing Nyatakan Keresahannya terhadap Pengesahan UU Cipta Kerja”.

“Saya tidak berbohong, karena saya hanya mengomentari berita yang tidak berbeda dengan fakta. Saya (membuat) analisis berita walaupun itu pendek,” tutur Jumhur.

BACA JUGA :  Amien Rais Tidak Ikut Demo, Pilih Temui Langsung Jokowi

Terkait tuduhan ujaran kebencian kepada kelompok tertentu, Jumhur menyampaikan pihak-pihak yang disebut sebagai korban oleh jaksa ternyata tidak merasa dirinya korban.

“Ketua APINDO (Asosiasi Pengusaha Indonesia) yang dikatakan jaksa sebagai bukti korban ujaran kebencian saya, ternyata (dia) tidak merasa resah, karena (cuitan itu) tidak menyinggung pribadi, biasa dalam dinamika buruh dan pengusaha,” ucap Jumhur.

Majelis Hakim mendalami keterangan Jumhur selama kurang lebih 1,5 jam. Usai pemeriksaan itu, Hakim Ketua Hapsoro Widodo mengumumkan pembacaan tuntutan oleh jaksa akan berlangsung pada Kamis, pekan depan (23/9).

Kemudian, pembacaan putusan oleh Majelis Hakim dijadwalkan berlangsung sekitar 21 atau 28 Oktober 2021. (lms)

Komentar