TILIK.ID — Pengamat militer dan intelijen, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati mengeluarkan klarifikasi atas apa yang disampaikannya terkait bahasa Arab dan terorisme. Pernyataannya itu membuat dia dikecam.
Kamis, dia meminta maaf dan menyatakan tidak ada niat menghina agama Islam. Dirinya dituduh karena media salah mengutip pernyataannya.
Dalam pernyataannya, Nuning menekankan bahwa dirinya tak pernah mengatakan bahasa Arab sebagai ciri atau lambang terorisme.
Ia menilai media kurang lengkap dalam mengutip pernyataannya, sehingga terjadi kesalahpahaman yang berpotensi membuat gaduh masyarakat.
“Saya sangat menjunjung tinggi adat budaya Indonesia yang adhiluhung dan rasa cinta Tanah Air Indonesia. Sehingga tentu apa yang saya sampaikan tidak lain tidak bukan, karena saya ingin mengajak serta bangsa ini memiliki patriotisme dalam bela negara,” urainya dalam klarifikasinya, Kamis (9/9/2021).
Dia mengatakan tidak ada sedikit pun niat untuk secara sengaja menghina Islam yang merupakan agama yang ia imani.
Susaningtyas menolak anggapan bahwa ia telah menghian Islam lewat pernyataannya mengenai terorisme di Indonesia.
“Saya sebagai Muslim secara sadar sangat menghormati Islam sebagai agama saya. Ajaran Islam yang saya pelajari adalah agama yang cinta sesama bahkan juga dengan umat beragama lain.” ujar wanita yang karib disapa Nuning tersebut.
Ia menegaskan, ada perbedaan konteks bahasa Arab sebagai alat komunikasi resmi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan penggunaannya sebagai bahasa sehari-hari dalam pergaulan bangsa yang sudah memiliki bahasa nasional.
“Dalam hal ini mohon maaf bila ada yang tidak sependapat dengan saya,” kata Nuning.
Nuning mengaskan bahwa ia hanya memaparkan adanya temuan terkait embrio terorisme, yang salah satu cikal bakalnya bisa tumbuh dan berkembang dari dunia pendidikan.
“Saya pun menyampaikan apa adanya berbagai temuan terkait dengan embrio terorisme (radikalisme), termasuk cikal bakalnya yang tumbuh berkembang diawali dari dunia pendidikan di negara kita,” tuturnya.
Pengajar di Universitas Pertahanan itu menyebut tak semua lembaga pendidikan di Indonesia berbasis ajaran Islam bisa dikatakan sebagai embrio radikalisme, atau bahkan terafiliasi dengan Taliban. (bes)
Komentar