TILIK.id, Jakarta — Pekan lalu isu kritik mengeritik mencuat. Adalah Presiden Joko Widido sendirj yang meminta masyarakat aktif melakukan kritik terhadap pemerintah. Beragam respons langsung berbalik ke Jokowi.
Ada yang merespons bahwa statemen Jokowi adalah jebakan, ada pula yang pesimistis kritikannya diterima. Namun lebih banyak yang sinis lantaran tak sedikit kelompok kritis dipanggil polisi dan dipenjarakan.
Yang lebih viral adalah sindiran mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Kalla mempertanyakan bagaimana cara mengeritik tanpa dipanggil polisi. Sindiran JK itu disampaikan di forum Partai Keadilan Sejahtera pekan lalu.
Soal kritik mengeritik ini, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan punya pendapat sendiri. Menurut Anies, jika ungkapan kritik dilakukan secara kasar, itu ekspresi kemampuan dia dalam mengungkapkan.
“Tapi bagi saya, yang sedang bekerja, semua kritik adalah ungkapan pendapat rakyat. Baik yang mendukung, baik yang tidak mendukung, baik yang mencaci, yang memaki, kata-katanya kasar, itu mempermalukan diri sendiri,” ujar Anies dalam sebuah forum di TV One beberapa waktu lalu.
Dikatakan, kritik itu bukan hal baru. Dulu kritik dari warung kopi hanya terdengar sayup. Hanya terekam saat itu juga. Sekarang, dari warung kopi, kritik langsung ditweet di medsos.
“Dulu telinganya ada dua, sekarang ada seribu. Kritik itu bukan hal baru. Jika berada di wilayah publik, maka dia harus siap menjadi kotak pos kritik dari siapa pun,” pungkas Anies. (lm)
Komentar