by: Ludiro Prajoko
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
JULIARI Batubara: Menteri Sosial, Wakil Bendahara Umum DPP PDI-P, ditangkap tangan KPK saat transaksi korupsi. Khalayak ramai mengutuk. Tak bermoral! Karena, uang yang dikorupsi *bantuan sosial* bagi wong cilik di masa pandemi. Kutukan itu tak terdengar pada kasus e-KTP, Jiwasraya, atau benur, beberapa waktu lalu. Tampaknya, ada unsur baru yang unik: moralitas korupsi, mengiringi diskursus penerapan hukuman mati.
Orang Romawi yang pertama kali mengenal korupsi. Corruptio: pembusukan, penyuapan. Dari sanalah kita mengenal kata korupsi. Lalu, dimana ada kekuasaan disana korupsi dipraktikkan. Dimana kekuasaan absolut, disana korupsi absolut juga, kata Lord Acton. Mengabaikan nasihat orang Romawi: corruptio optimi pessima, korupsi yang dilakukan pejabat tinggi adalah pembusukan moral tertinggi.
Di Indonesia, korupsi menjadi penanda jaman. Gerakan reformasi menggelorakan semangat anti korupsi. Juga kolusi dan nepotisme. Tapi, mereka tak sanggup menolak kutukan para dewa Romawi. Setelah berkuasa, terbukti lebih ganas, rajalela! Tanda jaman reformasi.
Sebagai Wakil Bendahara, tugas Juliari bukan mengumpulkan batubara, tapi uang untuk partai. Mungkin, dalam rangka itulah ia ditugaskan sebagai Menteri Sosial. Karena, status sebagai Wakil Bendahara tak dilepas. Masuk akal bila korupsi itu bukan murni inisiatif dan tindakan Juliari seorang diri dan, semata untuk kepentingan pribadi.
Juliari ditangkap hanya selang beberapa hari setelah Edhi Prabowo, sejawatnya di kabinet yang mengurusi benur, anak lobster. Edhi menteri dari Gerindra, ditangkap bersama sejumlah pejabat teras di kementeriannya, dengan bonus Ngabalin, sepulang dari pelesir ke Hawaii.
Korupsi Edhi diduga terkoneksi dengan dapur Gerindra. Tapi, Edhi tidak menyebut keterlibatan petinggi partainya dan, ia secara terbuka meminta maaf kepada rakyat Indonesia yang terkhianati. Edhi segera hilang ditelan Juliari yang datang membawa anak pak lurah dalam kantong goodie. Apalagi, Maharani juga menyertai. Tentu bukan untuk kali pertama. Dulu, Maharani juga disebut-sebut Setnov menerima e-KPT.
Korupsi tampaknya aktivitas eksklusif terstruktur , sistematis, kolektif-kolegial. Maka, selalu melibatkan sejumlah pihak yang memiliki otoritas-kekuasaan. Baik dari kalangan parpol, kementerian, DPR, …. Korupsi Juliari menerangkan hal itu.
Sebuah majalah berita ternama, edisi pekan ini, terbit dengan judul: Korupsi Bansos Kubu Banteng. Tentu saja dibantah para petugas partai. Anak pak lurah yang disebut-sebut terlibat, juga membantah dengan gaya bicara khas sang bapak.
Memang harus clear antara korupsi dengan mengatur proyek, menerima uang hasil proyek yang diatur. Korupsi persoalan hukum. Ya atau tidak ditentukan keputusan hakim. Mengatur-atur proyek, memberikan rekomendasi kepada Sritex, menerima uang hasil korupsi, …. Rangkaian peristiwa yang sangat mungkin benar adanya.
Khalayak cenderung memercayai pernyataan Juliari: goodie bag bagian anak pak lurah. Atau, telah menyerahkan sejumlah uang melalui seorang perempuan staf Puan. Apakah itu tindak korupsi? Belum pasti. Karena korupsi urusan pengadilan dan palu hakim. Benar-benar menerima uang hasil memainkan proyek e-KTP, tapi tak disentuh hukum, tak perlu dianggap korupsi.
Politik korupsi mungkin tak menarik sebagai isu akademis. Tapi, politik dalam jaringan (daring) korupsi, pasti seksi sebagai topik perbincangan sambil minum kopi. Karena, politik daring korupsi kaya misteri. Pada kasus Juliari boleh jadi misteri menyelubungi Istana, Gerindra, PDI-P, Polisi-KPK: Mengapa Juliari ditangkap?
Apakah inisiatif dan tindakan murni KPK sesuai tugas dan fungsinya? Apakah independensi KPK semakin bertenaga memberantas korupsi? Dan, apakah Megawati tak tahu kunci perbedaharaannya bakal ditangkap? Apakah Megawati tak mengira Puan terkena? Mengapa tak kuasa mencegahnya?
Benarkah Juliari menghadap istana sebelum ditangkap? Apakah Juliari menyinggung peran dan bagian goodie boy? Dan, apakah Gerindra tak mau Edhi sendirian, lalu dicarikan teman? Apakah polisi kuwalahan setelah menembak mati 6 anggota laskar FPI, lalu meyakinkan Komjen Firli?
Beranikah Puan dan Gibran yang ramai disebut diperiksa sebagai saksi? Apakah isu krusial yang melatari intersodok antar pihak kunci dalam kasus Juliari? ……
Selamat menikmati misteri politik daring korupsi.
Komentar