by: Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
TIGA A hari ini, nama Wali Kota Bogor Bima Arya jadi pembicaraan publik. Pasalnya, Sang Wali Kota lagi nguber Habib Rizieq Shihab terkait hasil tes swabnya di Rumah Sakit Ummi.
Gak dapat hasil tes itu, Bima Arya hendak melaporkan pihak rumah sakit ke polisi. Tuduhannya? Rumah sakit dianggap tak transparan.
Kenapa Bima Arya kejar Habib Rizieq? Ini menarik untuk ditelusuri. Sebab, semangat memburu hasil swab oleh publik dianggap aneh. Ngapain Wali Kota ngurusin hasil swab Habib Rizieq? Kenapa tidak ngurusin hasil swab warga lainnya?
Sebaliknya, kapada lima anak buah (PNS Kota Bogor) yang korupsi 17,2 M dana BOS, Sang Wali Kota minta Penangguhan tahanan. Yang jelas-jelas melakukan tindak pidana korupsi dibelain, yang tes kesehatan diuber. Publik menilai, apa yang dilakukan Wali Kota ini aneh!
Publik bertanya: apakah ini murni inisiatif dan berasal dari rasa ingin tahu Bima Arya? Atau ada pihak lain di belakang Bina Arya yang berkepentingan terhadap hasil swab Habib Rizieq?
Masuk pada pertanyaan normatif, apa ada keharusan bagi pasien untuk memberi tahu hasil tes swabnya ke kepala daerahnya?
Kalau Habib Rizieq di rumah pribadi, ada interaksi dan berkerumun bersama warga yang lain, maka wali kota punya kewenangan untuk meminta yang bersangkutan melakukan a, b, c, dst .. Ini tugas wali kota sebagai pamong.
Tapi, kalau Habib Rizieq berada di dalam sebuah rumah sakit, dimana ia dalam pengawasan dokter, maka mau dites suhu, mau di-USG, mau di-CT Scan, mau di-Swab, itu semua urusan dokter dan tim medis di rumah sakit. Gak ada urusannya dengan Wali Kota. Keputusan medis itu urusan dokter. Ini diatur dengan permenkes, kode etik Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan lain-lain.
Pemeriksaan pasien itu keputusan medis, bukan keputusan politis .. !
Wali kota, camat, gubernur dan jajaran pemerintahan yang lain tidak punya kewenangan dan tidak boleh ikut-ikutan dalam keputusan medis ini. Itu otoritas rumah sakit.
Perlu Bima Arya tahu, ini adalah pemahaman amat dasar soal otoritas. Mosok gak paham sih. Payah!
Apa yang dilakukan Bima Arya sebagai Wali Kota Bogor dianggap melampaui batas otoritasnya. Over laping. Wali Kota Bogor perlu belajar etika kedokteran, kata MER-C. Wajar jika publik bertanya: ada maksud apa di balik upaya Bima Arya memburu hasil swab Habib Rizieq?
Jakarta, 30 Nopember 2020
Komentar