Munas MUI Menantang Pandemi?

by: Ahmad Fatoni
(Anggota Satgas MUI)

ARTIKEL ini tidak bicara tentang proses suksesi di MUI. Itu wilayah para ulama dengan segala kedalaman ilmu dan kearifannya. Mereka tahu mana yang terbaik bagi umat, dan juga bagi Indonesia.

Yang jelas, suksesi MUI beda dengan suksesi partai politik yang penuh intrik. Beda dengan pemilihan kepala daerah yang manipulatif. Beda dengan suksesi sejumlah ormas yang karena melibatkan parpol akhirnya melegalkan money politics. MUI berbeda. No intrik, No manipulasi, No money politics.

Soal suksesi, percayakan kepada para ulama. Mereka tahu siapa calon pemimpin MUI yang memenuhi syarat syar’i. Berintegritas, berkapasitas, dan punya komitmen memperjuangkan tegaknya nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan. Selama ini, MUI tidak pernah salah pilih. Selalu muncul ulama kharismatik yang menjadi pemimpin umat.

Nah, artikel ini ingin bicara tentang Munas MUI yang diselenggarakan besok, rabu 25-26 Nopember terkait pandemi. Kenapa diselenggarakan pada masa pandemi? Bukankah ini membuka peluang penyebaran virus dan terciptanya cluster baru? Ini cukup berisiko mengingat para ulama peserta Munas secara usia sudah pada sepuh. Rata-rata di atas 50 tahun. Bahkan banyak yang di atas 60 tahun. Mereka rentan jika virus corona menyerang.

BACA JUGA :  NU dan Muhammadiyah Pilar Strategis Islam Indonesia

Disisi lain, sejumlah ormas justru mencancel jadual Munasnya. Kenapa MUI malah menyelenggarakan Munas? Bukankah MUI termasuk yang aktif mengkritik pilkada diselenggarakan di masa pandemi?

Bagi MUI, ini momentum. Dimana perhatian masyarakat akan tertuju pada Munas MUI. Munas MUI akan jadi fokus perhatian. Tepat untuk melakukan sosialisasi. Dengan satu catatan: tim media MUI serius menggarap tugas jurnalistik ini. Tanpa peran serius dan kecerdasan mengelola media, boleh jadi Munas MUI tak terdengar dan tenggelam oleh isu politik yang lagi gaduh.

Selama ini, MUI melalui tim Satgasnya berupaya keras untuk memberikan arahan, termasuk sejumlah tindakan untuk membantu masyarakat agar terhindar dari virus corona. Termasuk mengatasi masyarakat yang terdampak secara ekonomi.

Kali ini, Munas MUI sengaja diselenggarakan sebagai strategi untuk menjadi guiden, referensi nyata, atau model kegiatan yang di dalamnya protokol kesehatan diberlakukan sangat ketat. Kepatuhan terhadap protokol kesehatan memberi jaminan para peserta bisa diminimalisir risiko ketularannya. Dari sini, MUI berharap masyarakat bisa mengambilnya sebagai contoh. Jika protokol kesehatan di kegiatan Munas ini sukses, maka layak menjadi model bagi masyarakat ketika mereka menyelenggarakan event.

BACA JUGA :  Mahfud MD MempermaInkan Agama

Untuk menghindari penyebaran virus, Munas akan dibagi dalam dua kelompok, kata K.H. Zaitun Rasmin, Wakil Ketua OC Munas ke X MUI Pusat. Ada peserta offline, ada peserta online. Yg offline di arena munas hanya 1/5 dari keseluruhan peserta Munas. Jumlahnya sekitar 150 orang. Sisanya, mereka mengikuti Munas online.

Seluruh peserta offline diswab sebelum mereka berangkat. Dan sesampainya di Jakarta, mereka dilakukan mengetesan ulang dengan swab antagin. Semacam rapid tes, tapi lebih akurat.

Setiap peserta offline yang datang menggunakan transportasi udara akan dijemput di bandara menggunakan kendaraan khusus, untuk kemudian diantar ke hotel Sultan. Panitia dalam hal penjemputan melibatkan BNPB Satgas Covid-19, bekerjasama dengan BAZNAS Pusat. Tidak ada peserta yang diperbolehkan menggunakan kendaraan umum. Ini untuk menghindari terjadinya penularan di perjalanan, tegas Kiai Zaitun Rasmin.

Sesampainya di hotel Sultan, semua peserta offline masuk ruang Swab. Lalu dikarantina, minimal 24 jam sebelum acara dimulai. Saat karantina, peserta tidak boleh menerima tamu. Ini mesti steril, untuk memastikan bahwa mereka sehat dan tidak terpapar virus, kata wakil ketua panitia OC ini. Dan jika ada yang terindikasi terpapar, maka peserta itu tidak diperbolehkan ikut dan akan diminta untuk melakukan isolasi, tegas Kiai Zaitun.

BACA JUGA :  Sanad Keilmuan Anies, dari Pabelan hingga Tebuireng

Munas diselenggarakan di aula dengan jarak tempat duduk 4 M, dengan posisi setiap peserta satu meja. Cukup aman, kata Kiai Zaitun yang juga menjadi ketua Satgas Covid-19 MUI ini.
Sementara, untuk konsumsi diantar oleh petugas khusus ke kamar masing-masing. Ini untuk menghindari godaan ngobrol berkerumun yang biasanya lupa dan copot masker.

Di arena munas, ada beberapa petugas khusus yang akan selalu melakukan pengawasan, dan terus menerus mengingatkan kepada para peserta akan pentingnya penegakan protokol kesehatan.

Panitia juga menyiapkan masker, hand sanitizer, selain 500 Swab. Dengan pengawasan yang ketat dari petugas BNPB dan Satgas MUI, Munas diharapkan berjalan lancar tanpa berisiko terpapar Covid-19.

MUI ingin memastikan bahwa selama Munas berlangsung, aturan terkait protokol kesehatan tetap bisa dipatuhi. Dijamin tak ada kerumunan yang bisa menyebabkan terjadinya penyebaran virus. Dengan begitu, Munas MUI ke X aman dari virus.

Jakarta, 24 Nopember 2020

Komentar