Munarman dan Akbar Faizal Mengulas Habib Rizieq

TILIK.id, Jakaeta — Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI) memenuhi undangan Akbar Faizal untuk menjadi narasumber pada podcast Akbar Faizal Uncensored, Senin malam. Keduanya pun mengulas fenomena Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab (HRS).

Banyak cuplikan menarik dari perbincangan kedua tokoh ini terkait kepulangan HRS dan selama tokoh fenomenal ini hidup di negara Arab Saudi. Apa saja itu?

Ada satu yang menarik dalam dialog Akbar Faizal dengan Munarman mengulas Habib Rizieq itu. Yaitu adanya pernyataan otoritas Arab Saudi yang mengkhawatirkan keselamatan HRS jika pulang ke Indonesia. Mengapa?

“Selama Habib Rizieq 3,5 tahun di Saudi Arabia mengalami dua periode. Periode pertama itu lebih kurang tujuh bulan pertama itu, upaya-upaya untuk membujuk Habib Rizieq pulang itu kencang sekali,” kata Munarman.

Bujukan-bujukan itu, diakui Munarman, berasal dari pemerintah Indonesia melalui orang-orangnya. Namun, menurut Akbar, kalau yang dimaksud pemerintah Indonesia itu apakah berarti resmi. Personal atau melalui mekanisme negara?

“Personal. Bahkan ada dulu yang ingin menjemput dengan jet pribadi. Yang begitu-begitu. Orangnya masih ada sekarang. Yang menyiarkan itu di detik.com saya tau itu, ada. Bisa dicek itu,” kata Munarman.

Namun berdasaekan persepsi Munarman, bujukan-bujukan itu ketika HRS masih berstatus tersangka atau belum mendaparkan SP3, sehingga diupayakan pulang untuk dijebloskan ke penjara.

“Tetapi kemudian ketika Habib Rizieq mendapatkan SP3, di mana sebelumnya ada proses lobi-lobi, ada utusan-utusan resmi tapi tidak resmi, sehingga keluar SP3. Sangat unik kan?” kata Munarman lagi.

“Kalau resmi Berarti bisa disebutkan dong,” tanya Akbar Faizal.

“Iya resmi tapi resminya non resmi. Hahaha. Bingung kan? Jawab Munarnan sambil mengatakan ini unik dan lucu luar biasa.

BACA JUGA :  Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid Jadi Bulan-bulanan di Medsos
Akbar Faizal

Dari situlah, kata Munarman, Habib Rizieq bisa berbicara dengan pejabat tinggi RI dan segala macam. Kemudian keluar SP3 pertama itu pada bulan November 2017, kemudian keluar SP3 kedua pada 2018.

“Itu semua dalam dalam rangka membujuk Habib Rizieq pulang. Tapi kemudian setelah 2018 itu SP3 kedua keluar, Prabowo dan Amien Rais datang umroh dan bertemu Habib Rizieq,” beber mantan Ketua LBH ini.

Dalam situasi itu, kata Munarman, status hukum Habib Rizieq sudah tidak ada masalah. Baik dengan pemerintah Indonesia maupun dengan pemerintah Saudi Arabia. Waktu komunikasi sudah baik, sudah berjalan lancar dan ada SP3.

Setelah Prabowo dan Amien Rais datang dan bertemuHRS, rupannya perpanjangan visa tiga bulan terakhir di tahun pertama HRS itu ditolak. Di Saudi untuk memperpanjang visa harus keluar dulu, walau hanya 4 menit. Waktu itu HRS dan keluarga akan ke Turki, rupanya dicekal oleh Imigrasi Saudi. Istri dan keluarganya sudah lolos pintu imigrasi, tapi ditarik kembali, artinya tidak bisa keluar.

Habib Rizieq dibiarkan pulang ke rumah atau tidak bisa keluar dulu. Habib Rizieq penasaran, lalu cari tau ada apa. Akhirnya setelah didesak, pihak Imigrasi mengatakan silakan anda ke kantor intelijen Saudi saja.

“Habib Rizieq kan kaget. Habib Rizieq datangi (kantor intelijen Arab Saudi). Diskusi dan ditanya macam-macam. Akhirnya Intelijen mengatakan, Anda kan buronan. Anda kan dicari-cari intelijen negara Anda. Anda kan ada kasus pencucian uang, dll. Pokoknya ada 17 tuduhan,” kata Munarwan menceritakan.

BACA JUGA :  FPI: Kapolda MetroJaya Fitnah, Tidak Ada Tembak Menembak

Dari situlah Habib Rizieq jelaskan semua. Mulai dari DPO, HRS memperlihatkan SP3. Mereka kaget. Kemudian Anda kan musuh negara. Soal musuh negara itu, HRS pun memperlihatkan dokumen perjanjiannya dengan salah satu lembaga negara, yakni badan intelijen.

Akbar Faizal paham dan hanya ingin mempertegas dan memastikan soal benar tidaknya perjanjian tertulis itu. Munarman mengatakan ada. Dokumennya benar ada.

“Lebih kurang isinya itu pembicaraan antara Habib Rizieq dan salah satu lembaga negara yang memang bekerja untuk itu sebetulnya. Artinya mencoba untuk tidak saling mengganggu,” ujar Munarman.

Dengan melihat dokumen itu, tentu saja pihak intelijen kaget melihat dokumen itu. Akhirnya Saudi menyatakan HRS pulang saja ke rumah, tenang saja di rumah, kami akan mengklarifikasi dokumen-dokumen itu.

“Dalam klarifikasi itulah, Habib Rizieq tidak mendapat izin keluar dari Saudi Arabia. Kita tentu maklum kalau otoritas melakukan klarifikasi. Sayangnya di saat klarifikasi itu ada operasi-operasi intelijen juga dari pihak Indonesia terhadap Habib Rizieq,” ujar Munarman.

Sekretaris Umum FPI Munarman

Dia memberi contoh, saat bersama Fahri Hamzah dan Fadli Zon bersama keluar untuk makan malam, ada polisi Saudi menahan dan meminta passport. Tentu HRS tidak bawa passport karena sudah lama di Saudi. Di situ kemudian berurusan dengan polisi setempat 1 x 24 jam.

“Kemudian ada operasi intelijen lagi seperti kasus bendera. Jadi selama menunggu proses clearance itu banyak operasi intelejen yang dihadapi oleh Habib Rizieq. Namun di akkhir 2019 sampai awal 2020 atau sebelum covid-19 semua sudah clear. Tidak ada masalah,” beber Munarman.

Ototitas Saudi menyatakan masalah HRS sudah klear, kami sudah tahu bahwa semua informasi yang kami dapatkan adalah informasi palsu dan bahkan mereka menyebutnya dalam bahasa Arab informasi sampah.

BACA JUGA :  Jokowi Bisa Hadapi Tiga Gelombang Aksi

“Otoritas Saudi kemudian menyatakan sedang mencabut status Habib Rizieq yang tidak boleh keluar itu,” kata Munarman lagi.

Tapi, lanjut Munarman, ini aneh, uniknya itu otoritas Saudi menawarkan HRS untuk tinggal di Saudi untuk jangka waktu panjang karena khawatir keselamatan jiwa HRS.

“Kami kasi kartu green card. Kami berharap tidak buru-buru kembali ke Indonesia. Karena kami khawatir ada pihak ketiga ambil kesempatan dan mengancam keselamatan jiwa Anda,” kata Munarman mengutif pernyataan otoritas Saudi Arabia.

Dalam proses itu, Akbar Faizal pun menyatakan sampai Dubes RI di Saudi bingung dengan peristiwa-peritiwa yang dialami HRS ini.

Menurut Munarman, memang tugas Dubes itu di dua periode HRS itu berusaha untuk memulangkan atau tidak memulangkan. Justru pernyataan Dubes itu bertentangan dengan apa yang disampaikan oleh otoritas Saudi.

“Term pertama Habib Rizieq diinginkan pulang, term kedua setelah Prabowo dan Amien Rais datang tidak diinginkan pulang, hingga yang dialami terakhir saat proses clearance itu,” kata Munarman.

Setelah klir semua, HRS malah ditewari tinggal lama di Saudi. Visa yang tadinya tidak bisa dipakai malah bisa digunakan untuk pulang namun Arab Saudi menawarkannya tinggal.

“Karena ingin pulang, Habib Rizieq berterima kasih ke pemerintah Saudi karena sudah banyak membantu. Habib Rizieq memutuskan pulang. Visanya yang berakhir 11 November, minta pulangnya 9 November dan tiba 10 November 2020,” kata Munarman.

Dialog lengkap Munarman dan Akbar Faizal dapat disimak tayangan ini.

(bmg)

Komentar