Oleh: Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
KAKI, itu alat transportasi paling sehat. Kalau jarak tempuh hanya 300-500 meter, lebih baik jalan kaki. Jantung Anda akan sehat.
Jarak agak jauh, Anda bisa gunakan sepeda. Ini juga olahraga. Jika setiap hari Anda ke kantor, ke warung, ketemu teman, ke supermarket-minimarket, ke masjid, atau tempat ibadah lainnya, ke Majlis ta’lim Anda pakai sepeda, ini tidak hanya baik buat Anda, tapi juga untuk lingkungan dan masa depan anak cucu Anda.
Anda bersepeda, berarti Anda telah ikut mengurangi pencemaran lingkungan akibat asap kendaraan. Itu jika sehari. Sebulan, setahun, 20 tahun? Itu baru Anda, kalau ada 1 juta orang ikuti Anda? Keren! Anda bersepeda, itu dakwah lingkungan. Ajakan untuk menjaga agar Jakarta yang sudah begitu kotor udaranya ini bisa dibersihkan kembali. Dengan begitu, Anda akan mewariskan udara segar untuk anak cucu Anda di masa depan.
Pernahkah Anda sadar bahwa indeks kualitas udara di Jakarta itu 269 AQI US. Ini sangat tidak sehat. Polusi udara ini diperkirakan telah mengakibatkan 11.000 kematian di tahun 2020. Kerugian finansial akibat udara yang kotor di Jakarta diperkirakan mencapai 2,900.000.000 USD. Sekitar 40 triliun lebih. Anda masih tak peduli?
Belum soal ekonomi. Berapa uang yang Anda siapkan setiap harinya untuk bensin, bayar tol, tiket parkir, polisi gopek di setiap tikungan. Apalagi kalau Anda kena tilang. Coba anda kalikan sebulan atau setahun. Besar sekali!
Seminggu Anda beralih ke sepeda, dana yang sedianya untuk bensin, tol, parkir, polisi gopek dan denda tilang bisa Anda pakai untuk ajak keluarga makan enak di restoran. Atau ditabung untuk persiapan pulang kampung saat lebaran. Atau Anda kumpulin untuk modal usaha setelah setahun. Jangan anggap remeh! Bersepeda bisa merubah hidup Anda.
Sepeda gak makan tempat. Space satu mobil, bisa dipakai untuk parkir puluhan sepeda. Yang pasti, jalanan akan longgar, dan Anda telah berjasa mengurangi tingkat kemacetan. Sampai di sini, Anda, orang-orang yang ke kantor pakai sepeda, adalah para pahlawan di jalan raya. Juga pahlawan lingkungan.
Ini soal mindset dan pola hidup. Hanya butuh kebiasaan. Yang pasti, bersepeda itu hemat dan sehat. Sehat jasmani, dan otak Anda juga sehat. Kenapa? Karena Anda mengurangi pencemaran lingkungan, dampak kemacetan dan kebisingan di jalan raya. Ini cara cerdas bertransportasi. Kalau ini dihitung pahala, tentu akan jadi catatan amal yang tidak pernah sia-sia.
Sepeda itu alat transportasi, bukan buat gaya-gayaan. Gak perlu sepeda sport atau yang harganya mahal. Gak penting. Sepeda bekas dengan harga murah itu lebih antik dan artistik. Gak kalah nyamannya.
Di sejumlah negara Eropa, pejabat ke kantor naik sepeda itu biasa. Meski pakai jas mewah dan celana mahal. Ini soal pola hidup. Beda dengan di Indonesia. Baru pejabat eselan tiga atau empat, gayanya gak ketulungan. Pakai sopir dan pengawal pribadi. Akibatnya, rawan korupsi. Karena cost hidupnya terlalu tinggi. Pola hidup macam ini harus diubah.
Di Jakarta, telah dibangun jalur sepeda. Panjangnya 63 KM. Belum seberapa dibanding kebutuhan bersepeda bagi warga Jakarta. Tapi, ini awal yang baik. Ini sudah menjadi bagian dari kampanye hidup sehat dan hemat.
Gubernur Anies Baswedan terlihat terus mengkampanyekan bersepeda. Di bagian belakang mobil Gubernur DKI ini, ada sepeda. Sebelum pandemi, hampir setiap pagi gubernur bersepeda. Sebelum ke Baikota, Gubernur DKI ini gemar sidak ke ke sejumlah tempat, dan masuk gang-gang perkampungan. Melakukan inspeksi. Kok gak diekspos? Kenapa gak bawa kamera? Kalau model kampanye seperti itu sudah sangat konvensional. Kuno! Bahkan konyol! Rakyat sudah paham mana kerja dan mana pencitraan. Anies nampaknya gak mau ikut-ikutan.
Kampanye sepeda di Jakarta cukup berhasil. Yang ke kantor menggunakan sepeda terus bertambah. Penjualan sepeda di Jakarta naik 1000 persen. Bahkan saat pandemi, warga Jakarta yang pakai sepeda naik 10 kali lipat.
Melihat antusiasme bersepeda yang mulai tumbuh di Jakarta, kita berharap kepada Pemprov DKI pertama, menambah jalur sepeda. Tidak saja di jalan protokol, tapi diperluas ke jalur-jalur lain. Kedua, perlu ditingkatkan keamanan dan kenyamanan di jalan buat mereka yang menggunakan sepeda. Ketiga, perlu diperbanyak tempat parkir sepeda dan pastikan tempat itu safety.
Bila perlu, diadakan hari bersepeda. Mungkin sebulan sekali. Bikin Pergub-nya. Misal, setiap tanggal 17, jalur-jalur tertentu di Jakarta hanya boleh untuk sepeda. Bukan weekend, tapi weekday. Orang ke kantor, belanja, ada meeting, atau keperluan apapun, wajib bersepeda di jalur-jalur yang sudah ditentukan. Gak peduli dia pejabat, anggota DPR, pengusaha atau rakyat.
Ini lebih bagus lagi kalau diawali oleh para pejabat dan seluruh pegawai di Pemprov DKI. Setiap tanggal 17 misalnya, seluruh pegawai Pemprov DKI wajib bersepeda. Ini akan jadi sosialisasi yang cukup efektif.
Setelah orang dipaksa oleh aturan untuk bersepeda, maka lama kelamaan ia pun akan terbiasa dan nyaman bersepeda. Nah, kalau sepeda sudah jadi alat transportasi mayoritas warga DKI dan sekitarnya, maka udara Jakarta akan bersih kembali dan kemacetan akan berkurang. 10-20 tahun kedepan, udara Jakarta bisa sejuk kembali, bersamaan dengan pembuatan taman dan penanaman pohon yang lagi masif digalakkan Gubernur Jakarta.
Jakarta, 6 Nopember 2020
Komentar