Oleh: Tony Rosyid
(Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)
GUBERNUR Indonesia, begitu rakyat menjuluki Anies Baswedan. Lahirnya julukan ini menunjukkan bahwa Anies diterima tidak saja oleh warga Jakarta, tapi juga diterima oleh rakyat Indonesia.
Lima tahun, itu jatah Anies memimpin Jakarta. Artinya, ada sisa dua tahun lagi. Jabatan Anies berakhir Oktober 2022. Dan bisa diperpanjang jika ada pilkada.
Untuk mengukur kinerja Anies, mesti berangkat dari tiga hal. Pertama, visi Anies. Kedua, janji kampanye Anies. Ketiga, tingkat kepuasan warga atas pelayanan – dan perubahan yang dilakukan- Anies untuk Jakarta.
Visi Jakarta di bawah kepemimpinan Anies adalah “Maju Kotanya Bahagia Warganya”. Ini sekaligus menjadi tageline. Visi yang mencakup tidak saja infrastruktur kota, tapi juga menggarap aspek psikologi warga.
Untuk membuat maju kotanya, pembangunan infrastruktur menjadi keniscayaan. Pelebaran jalan, memperbaiki trotoar, memperbanyak taman. Ini pekerjaan lumrah. Semua kepala daerah melakukannya.
Yang membedakan adalah seberapa besar fungsinya. Trotoar misalnya, kita bisa lihat setiap kota ada. Dibongkar lalu dibangun kembali, atau setidaknya ditambah dan dicat ulang. Kalau hanya ini yang dilakukan, berarti itu proyek menghabiskan anggaran.
Terhadap trotoar di Jakarta, Anies melakukan pelebaran. Dalam kondisi lebar, trotoar benar-benar akan berfungsi dan membuat nyaman bagi para pengguna jalan. Tidak asal ada sebagai asesoris kota.
Di kota-kota maju seperti di Amerika, Eropa, bahkan Jepang, Korea, Hongkong dan Sungapora, setiap hari banyak orang jalan kaki ke stasiun MRT, terminal dan public service yang jaraknya bisa 500 M hingga 1 KM. Kok bisa? Karena tempat untuk jalan kaki lebar dan nyaman.
Anies juga membangun jalur bersepeda. Untuk keperluan transportasi kedepan diharapkan warga DKI lebih banyak yang naik sepeda. Baik ke kantor maupun urusan bisnis. Dengan begitu, polusi udara dan kemacetan bisa diminimalisir. Untuk itu, Pemprov DKI harus terus menerus dan lebih masif lagi kampanyekan sepeda.
Untuk urusan transportasi, DKI menerapkan program Jaklingko. Satu tiket bisa digunakan untuk naik sejumlah kendaraan. Cuma 5.000 rupiah anda setiap hari bisa keliling Jakarta menggunakan MRT, busway dan angkot. Tanpa kena biaya tambahan.
Selain ganjil genap, program Jaklingko terbukti telah berhasil mengurangi tingkat kemacetan Jakarta. Pengguna public transportation yang semula 360.000-an naik menjadi lebih dari satu juta penumpang
Pada tahun 2017, Jakarta masuk peringkat ke-4 kota termacet dunia. Tahun 2018 jadi peringkat ke-7. Dan tahun 2019 jadi peringkat ke-10. Kapan Jakarta keluar dari 10 besar kota termacet dunia? Ini PR bagi Anies.
Kalau cuma naik angkot saja, gratis. Asal ada tulisan Jaklingko. Anda cuma butuh modal kartu e-toll atau kartu sejenis. Kasih kartu itu ke sopir, tempel di mesin Jaklingko, nol rupiah. Alias gratis. Saya sudah pernah merasakan ini.
Selain ankot gratis, DKI juga telah berhasil menyulap Jl Soedirman-M. H. Thamrin manjadi semacam destinasi. Di ruas jalan itu, ada nuansa yang agak berbeda. Disitu, anda seperti tidak sedang berada di Indonesia. Tertata rapi, indah dan artistik.
Selain infrastruktur jalan, beberapa waktu lagi, Jakarta akan punya stadion bertaraf internasional. Sekelas Real Madrid dan Barcelona. Proses pembangunannya sedang dikerjakan. Rencananya akan selesai tahun depan. Jika stadion ini jadi sebelum berakhirnya masa jabatan Anies, ini jadi poin.
Ada juga masjid terapung dan museum Rasulullah di Ancol. Teringat masjid terapubg di Jeddah dan museum Rasulullah di Turki. Alhamdulillah, di kedua tempat itu saya pernah berkunjung.
Dari sejumlah infrastruktur yang dibangun di DKI, nampak bahwa perencanaan kota yang sengaja dibangun dengan orientasi kerakyatan. Artinya, punya dampak perilaku, mental dan psikologis bagi warga Jakarta. Mungkin ini sengaja dibuat agar visi Jakarta “Maju Kotanya Bahagia Warganya” bisa dicapai.
Terkait soal pandemi Covid-19, publik tahu bahwa Jakarta yang paling awal siaga. 48 persen rakyat yang mendapatkan tes PCR nasional adalah warga DKI. 52 persen sisanya dibagi 33 provinsi. Tingkat kematian (mortality) sangat rendah. Hanya 2,8 persen. Lebih rendah dari mortality global, yaitu 3,3 persen. Ini bentuk nyata kesiagaan Gubernur dalam menghadapi pandemi.
Di tengah pelajar dan mahasiswa yang kuliah dengan sistem wibiner, dimana kebutuhan Internet sangat tinggi, DKI membuat program JakWifi. DKI melakukan lemasangan Wifi di 9.413 titik. Program ini untuk membantu masyarakat, terutama mahasiswa dan pelajar, juga UMKM dan untuk kebutuhan produktif masyarakat yang lainnya.
Di tengah pandemi, Wifi gratis di DKI ini bisa jadi malaikat penolong, khususnya untuk mahasiswa dan pelajar yang miskin.
Di luar program-program tersebut, Anies masih berhutang 23 janji kampanye Anies. Janji tetap janji. Tidak ada alasan untuk diingkari. Anies memastikan 23 janji akan selesai di 2022. Rakyat harus terus mengingatkan, mengawasi, mengevaluasi dan ikut memastikan bahwa 23 janji Anies itu seluruhnya bisa tertunaikan. Tak satupun yang boleh dilewatkan.
Bagaimana dengan janji presiden dan kepala daerah yang lain? Janji anggota DPR dan DPRD? Itu tugas anda menagihnya.
Tiga tahun memimpin Ibu Kota, Jakarta mendapat WTP berturut-turut dari BPK. Ini bukti adanya clean governance dan good government. Tiga piala dari KPK terhadap DKI semakin menegaskan bahwa DKI adalah kota bebas korupsi. Ini soal integritas seorang pemimpin.
Tersisa dua tahun lagi. Rakyat berharap Anies istiqamah. Konsisten dengan program-program yang berorientasi pada warga DKI.
Melihat semua kebijakan Anies, terlihat ada kepastian soal komitmennya kepada rakyat. Jika Anies konsisten atas komitmen ini, Pilpres 2024 bisa menguntungkan baginya.
Lima tahun akan jadi catatan sepanjang sejarah Indonesia bagaimana Anies memimpin ibukota. Kelak, 100 tahun lagi, atau bahkan ribuan tahun lagi, rakyat akan membaca catatan itu.
Jakarta, 27 Oktober 2020
Komentar