New Normal atau New Mortal?

by M Rizal Fadillah
(Pemerhati Politik dan Kebangsaan)

NEW normal tentu berbeda dengan old normal. Pak Jokowi melempar istilah ini untuk melewati era Covid-19. Bermula tentu dari Kemenkes atau bahkan dunia. Namun pemaknaannya belum jelas, sepertinya asal “nyeletuk” seperti dahulu darurat sipil atau pernah juga manipulator agama. Ada up normal ada juga para normal atau abnormal.

New normal mungkin kehidupan normal model baru. Mantan covid atau bersama covid. Kecenderungannya “berdamai” bersama Covid-19. Pak Jokowi mulai buka buka mall. Hanya Masjid dinggap “abnormal” masih tutup. Dalam pilihan ini namanya herd immunity. Suatu kebijakan kacau mendahulukan kehidupan bisnis dibanding ancaman kesehatan. Indonesia terserah saja, kata sebagian masyarakat.

Akhirnya mau-maunya Presiden saja lah. PSBB silahkan, Perppu korupsi mangga, darurat kesehatan monggo, mau new normal lanjut, pake para normal juga dipersilahkeun. Terserah Presiden saja. Negara dianggapnya punya Presiden ini. Rakyat mah ga pada ngarti. Mereka cuma nrimo. Gak nanam sayur oke, terima impor sayur China good saja. BPJS naik disuruh bahagia, BBM tak turun ga apa apa, yo wis terserah bapak Presiden. Mau serius please, planga-plongo juga ga peduli. Sekarepe dewe wae.

BACA JUGA :  Anies Baswedan dan Ki Ageng Tegalsari

New normal itu diada-adakan saja. Covid-19 masih mengacak-acak perasaan manusia. Dokter dan tenaga medis masih sangat khawatir. ODP dan PDP belum stabil. Kalau gagal Presiden harus ambil risiko. Tetapi apakah rakyat masih merasa punya Presiden? Yang ada seleb yang dipaksakan muncul dan disubur-suburkan. New normal itu sama saja mendeklarasi sudah tidak ada lagi bencana nasional, new normal menyelesaikan PSBB. New normal adalah ilusi tentang situasi yang sudah normal. Seperti di negeri khayalan.

New nor mall adalah pastinya. Mall yang resmi dibuka dimana-mana. Kepentingan pengusaha didahulukan. Mahfud MD masih teriak teriak agar Masjid tetap tutup. Mengaitkan dengan Iran yang ribuan jamaah masjid mati tertular. Tidak relevan sebab di Iran juga banyak pejabat yang mati juga. Lagi pula kehidupan beragama kaum syi’ah Iran berbeda dengan kaum muslimin pada umumnya di dunia.

Sekarang Pak Mahfud MD cobalah teriak soal kebijakan new normal yang membuka mall, bandara, atau lainnya. Tegur pak Presiden kalau berani. PSBB yang diinjak-injak demi bisnis yang harus hidup. Menkopolhukam harus berlaku adil bagi seluruh warga negara.

BACA JUGA :  Drama di Jakarta International Stadium

Ketika Covid-19 belum tuntas teratasi maka belum waktunya kebijakan new normal. Pilihan masih berat, jangan jangan karena tergesa gesa melangkah dengan new normal justru yang terjadi adalah new mortal. Kebrutalan baru. Kematian baru.

Bandung, 27 Mei 2020

Komentar