Refleksi Iedul Fithri 1440 H

N. Syamsuddin Ch. Haesy

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar..

Allahu Akbar Kabiira, Walhamdulillahi Katsiira Wasubhanallahi Bukrataw wa Asiila.. Laa ilaaha ilallaahu Allahu Akbar… Allahu Akbar wa Lillahilhamd..

Innalhamda lillah.. Nahmaduhu wanasta’iinuhu, wanastaghfiruhu. Wana’udzubiillah minsyurruri ‘anfusinaa waminsayyi’ati ‘amaalinnaa. Manyahdihillah falah mudhillalah. Wa man yudhlil falaa haadiyalah. Wa asyhadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalah, la mitslalahu wa laa mumaatsila lahu, adzalun abadiyyun, sarumadiyyun, daa’imumiyyunn, laa awwala lahu wa laa akhira lahu, wan asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Ma laa nabiya ba’dah. Amma ba’d.

Audzubillahi minasy syaithaanirrajiim. Bismillahirrahmaanirrahiim. Qalallahu tabaaraka wa ta’ala fil Qur’anil Kariim wal majiidi wal furqaanil hamiid, Walitukmilul ‘iddata walitukabbirullaha ‘ala ma hadakum wala’allakum tasykurun.. (al aayah)

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Laa ilaaha illallahu wallahu akbar. Allaahu Akbar wa lillahilhamd.

Idzaa zulzilatil ardhu ziljaalahaa,  wa’ahrajatil ardhui atsqaalahaa. Wa qaalal insaanu maa lahaa. Yaumaidzin tuhadditsu akhbaarahaa. Bi-anna rabbaka auhaa lahaa. Yaumaidzinn yashdurun naasu aystaatan liyurau a’maalahun. Faman ya’mal mitsqaala dzarratin khairan yarah(u). (QS Al Zalzalah  1 – 8)

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Laa ilaaha illallahu wallahu akbar. Allaahu Akbar wa lillahilhamd.

Innallaahu wa malaaikatahu yushalluuna alan nabiy.. Yaa Ayyuhal ladziina aamanu shalluu ‘alaihi wasallim wa shallii ‘alaihi salaatu daaimatan bidawaaimika baa qiyyah bibuq ika laa muntahaa lahaa wa innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir.

Allahummanshur man nasharadiin Muhammadin shallaahu ‘alaihi wa sallama waj’alnaa minhum wa laa taj’alnaa minhum. Allahumma hudzul man hadzala diin Muhammad shalallaahu ‘walaihi wa sallam walaa taj’alnaa minhum. ‘ibadallaah. Rahimakumullah innallah ya’murukum bil ‘adli wal ihzaai wa itaaidziilqurba wa yanhaa ‘wanil fahsyaa’i wal munkari wal baghi ya’idzukum la’allakum tyadzakkaruun.. ‘adzkurullah yadzkurukum wa ladzikrullah ta’aalaa a’laa wa awlaa wa’adz wa ajallu wa ahammu wa’tdzomuu akbar.

Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar..

Fajar baru berlalu. Pagi baru saja menyampaikan salam hari baru. Menyambut Eid Mubarak, Aidil Fithri. 1 Syawal 1411 Hijriah. Selepas sebulan kita memenuhi hak Allah. Hak untuk disembah. Hak untuk dipatuhi. Hak untuk dilayani. Sebagai al Khaliq dan Rabb yang mencipta dan memelihara semesta. Termasuk kita, manusia, di dalamnya.

Manusia yang dicipta sebagai sesempurnamakhluk, ahsanittaqwiim, yang diberikan instrumen dan perangkat kesempurnaan. Yaitu nalar, naluri, rasa, dan dria.. Manusia beroleh muru’ah, harkat, derajat dan martabat yang tinggidi antara makhluk lain di semesta.

Ibadah shaum Ramadan yang baru saja kita jalaniu, adalah ibadah yang memandu kita melangkah ke puncak kualitas dan kualifikasi diri sebagai insan yang bertauhid, insan yanghanya menjadikan Allah absolut, distinc dan unique, sebagai tujuan kegandrungan dan kecintaan tertinggi. Ibadah shaum, menghantar kita mencapai puncak kualifikasi insaniah kita, sebagai insan yang bertaqwa. Insan yang tunduk, runduk, patuh, dan taat hanya kepada Allah saja.Insan muttaqiin.. Insan yang patut menerima petunjuk dan panduan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ibadah shaum Ramadan adalah ibadah yang menempatkan manusia sebagai subyek, yang diberi peluang untuk mau dan mampu memberikan hak Allah.. Yang ada-Nya menentukan keberadaan dan ketiadaan kita, karena hanya Dia sahaja, Yang Maha Hidup dan Maha menghidupkan dan mematikan. Yang Mahasuci dan menebar kesucian bagi insan yang dipilih-Nya. Yang Mahamulia yang meneteskan kemuliaan kepada insan yang memuliakan-Nya. Yang Maha berkuasa dengan kekuasaan yang meliputi langit dan bumi, karenanya hanya Dia saja, yang berhak menentukan tinggi dan rendahnya manusia di tengah kehidupan semesta. Yang Maha Besar yang tiada banding, tiada sanding. Dialah sumber segala sumber cinta dan kasih sayang, yang tiada ternoda oleh asmara, nafsu, dan syahwat. Huwarrahmaanurrahiim.

Ibadah shaum, bukan hanya ibadah untuk menahan lapar dan dahaga, melainkan ibadah yang mendidik dan melatih manusia untuk memahami cara mengelola diri untuk tidak berlebih-lebihan dalam menjalani kehidupan yang telah dipandu-Nya dengan panduan dan hukum-hukum yang menjadi jejak keilahian-Nya pada semesta raya. Dia lah, hanya yangMahasuci dan memberi keselamatan, huwal maliqul quddusus salaam. Dia lah yang selalu memberikan peluang kepada manusia, seluruh insan, menjadi muslimin, mukminin, mukhsiniin, dan akhirnya menjadi muttaqiin.

Ibadah shaum, adalah ibadah khas, hanya untuk mereka yang bertauhid.

Ya ayyuhal ladziina aamanu qutiba alaikumus shiyaam, kamaa kutiba alladziina min qablikum, la’allakum tattaquun. (QS: Al Baqarah 183)Wahai orang-orang yang bertauhid, wajib atas kalian (melakukan ibadah) shiyam, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa.

Ibadah shiyam, adalah ibadah yang mendidik seluruh insan bertauhid membatasi dirinya dari kecenderungan yang akan membuatmanusia terpelanting menjadi hanya hewan yang berakal, hayawan an nathiq. Menjadi makhluk hina, bahkan jauh lebih rendah dari hewan yang paling buruk.

BACA JUGA :  Kreativitas Anak Bangsa di Tengah Bencana

Ibadah shiyam, adalah ibadah berketerusan, sustainable dedication bagi manusia. Seperti firman-Nya,

“Walitukmilul ‘iddata walitukabbirullaha ‘ala ma hadakum wala’allakum tasykurun..”maka cukupkanlah bilangan ibadah itu, dan hendaklah kalian mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, supaya kalian bersyukur. (QS Al Baqarah 185)

Mencukupkan bilangan bukan hanya dimensi waktu berbilang hari, melainkan memperpanjang masa menempa kualitas diri sebagai muttaqiin, memperluas dimensi ketaqwaan, melampaui dimensi ruang dan waktu, sehingga Allah menghadirkan kembali Ramadan dalam kehidupan kita, dua belas purnama kemudian, untuk memberikan lagi peluang untukkita menjadi semakin muttaqiin.

Ramadan sedemikian penting bagi kita, karena di bulan inilah, Allah meluaskan peluang, karena pada bulan ini, untuk pertama kalinya, Allah menurunkan risalah menuju kesempurnaan hidup: bahagia di dunia, bahagia di akhirat, dan bebas malapetaka (di dunia dan di akhirat).

Inilah bulan, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat Jibril, menjumpai Rasulullah Muhammad SAW yang sedang berkhalwat, melakukan isolasi mandiri di Gua Hira, untuk menyampaikan firman-Nya:

Iqra.. bismirabbikalladzii khalaq. Khalaqal insaana min alaq. Iqra’ wa rabbukal akram. ‘Alladzii alama bil-qalam. ‘Allamal insaana maalam ya’lam. Kalla insaana la yatghaa. Ar ra’aahustagnaa. inna ilā rabbikar-ruj’ā. a ra`aitallażī yan-hā. a ra`aita ing kāna ‘alal-hudā. au amara bit-taqwā. a ra`aita ing każżaba wa tawallā. a lam ya’lam bi`annallāha yarā. kallā la`il lam yantahi lanasfa’am bin-nāiyah. iyating kāżibatin khāi`ah. falyad’u nādiyah. sanad’uz-zabāniyah. kallā, lā tui’hu wasjud waqtarib. (QS Al’Alaq: 1 – 19) | Baca.. Bacalah (seluruh jejak ilahiyah pada semesta) dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Yang mencipta manusia dari segumpal darah. Bacalah ! Dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mencerdaskan man usia dengan kalam. Dia mengajarkan manusia segala apa yang tak diketahui. Sekali sekala tidak. Manusia sungguh melampaui batas, manakala melihat dirinya serba cukup. Sungguh. Hanya kepada Tuhanmu lah kembali-mu. Bagaimana pendapatmu tentang orang yang melarang? Seorang hamba ketika menegakkan salat. Bagaimana pendapatmu, jika dia (orang-orang yang dilarang, itu) berada di atas kebenaran (petunjuk). Atau dia menyeru bertaqwa kepada Allah. Bagaimana pendapatmu (jika mereka yang melarang itu) mendustakan dan berpaling? Tidakkah dia mengetahui, bahwa Allah melihat (segala perilaku dan perbuatan)nya. Sekali-sekala tidak. Sungguh, jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubunnya, (ke dalam neraka), (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan dan durhaka. Maka biarlah dia memanggil golongannya (untuk menolongnya). Kelak Kami akan memanggil Malaikat Zabaniyah, (penyiksa orang-orang yang berdosa). Sekali-kala tidak! Janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah serta dekatkanlah (dirimu kepada Allah).

Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu akbar wa lillahilhamd.

Saudara-saudaraku.. Semua kita telah menginsyafi. Ramadan kali ini adalah ramadhan yang khas. Ramadhan yang tak pernah kita alami sebelumnya.  Ramadhan yang baru saja berlalu adalah ramadhan yang sungguh memiliki makna sangat luar biasa untuk kehidupan kita. Ramadhan yang menjadi ajang pendidikan kita untuk berpikir, menggunakan akal, mengkaji, mempelajari, menapaki jejak Ilahiyah pada semesta. Karena pada Ramadhan kali ini, kita sebagai manusia dihadapkan oleh cermin seluas samodera, setinggi cakrawala, membentang antara langit dan bumi, luas tanpa batas, jauh tak berujung. Cermin eksistensi Allah, yang memandu kita untuk menemukan diri kita sebagai sesuatu yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Cermin yang mengunci mulut kita dan membiarkan kedalaman nurani insaniah kita berkata: i’am nothing, i’am nobody.

Kita seperti yang diprediksi oleh Rasulullah Muhammad SAW, hanyalah buih di atas gelombang yang ditiup oleh beliung petaka, hanyalah bulir-bulir proton dan neutron yang tak berhimpun dalam atom semesta-Nya. Yang tidak berkutik menghadapi nanomonster – COVID 19, yang adanya tak nampak, yang tiadanya tak pernah kita tahu. Yang hadir di tengah kehidupan kita di atas mukabumi, seolah tanpa salam. Yang menggedor diri kita, sehingga berkemul dengan cemas dan was-was, yang menguji dan menantang siapa saja kita, yang mau berfikir, untuk tetap optimistis… lalu berseru:

Ya Ilaahi, hasbunallah wa ni’mal wakiil, ni’mal mawla wa ni’man natsiir. Laa hawla wa laa quwwata illa billahil aliyyil adziim. Laa ilaa ha illa anta subhanak inni kuntu minadz dzalimiin. Wahai Tuhan, hanya Engkau saja tumpuan hidup kami.. Tiada keperkasaan selain keperkasaan-Mu.. Tiada Tuhan selain Engkau.. owh.. sungguh hamba telah mendzalimi diri sendiri.

Saudara-saudaraku yang insyaAllah dikasihi dan mengasihi Allah. Iedul Fithri kali ini, adalah Iedul Fithri yang sungguh menghadapkan kita kepada fakta, betapa sebagai manusia kita sungguh dhaif, sungguh faqir. Iedul Fithri kali ini kita harapkan sebagai Iedul Fithri yang menghadapkan kita pada fakta, bahwa kita ibarat tabula rasa, kertas kosong, sebagai amsal atas firman-Nya.. insan yang terlahir kembali: kullu mauludin yulaadu alal fithrah. Sesungguhnya manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bening.

BACA JUGA :  Tersingkirnya Teknokrat-Akademisi-Gender di Munas KAHMI

Kita berharap, Iedul Fithri kali ini, telah menghapus catatan kelam yang dituliskan oleh empirisma kehidupan kita yang berlumuran noda dan dosa. Karena Iedul Fithri kali ini, adalah Iedul Fithri yang menghadapkan kita dengan realitas sansai dan pilu, menghadapi ancaman makhluk yang ada di luar empirisma kita, yang menunjukkan eksistensinya dengan siksa derita dan kematian manusia.. serangan makhluk tanpa tanda gambar, tanpa ideologi, tanpa rasa, yang menggedor kemanusiaan kita.. makhluk yang berhimpun menjadi wabah yang membuat kita terpanggang di atas bara ketidakpastian.

Syukur kita tak kan pernah usai dan selesai, karena pada Iedul Fithri kali ini, takbir dan tahmid sedemikian bermakna, menjadi energi baru terbarukan yang menghidupkan renjana, yang memberi semangat, menghadapkan kita sebagai insan yang selalu optimistis untuk memahami.. bahwa di balik kesulitan selalu ada inspirasi, di balik kesulitan selalu ada kemudahan.

Iedul Fithri kali ini membuktikan kepada kepada kita, bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah insan pilihan, yang menyempurnakan hukum menjadi keadilan, artistika dan estetika menjadi keadaban dan peradaban berbasis etik, cinta dan kasih sayang berubah menjadi kemanusiaan.

Rasul yang memberi contoh atas panduan wahyu Ilahi, bagaimana mesti menghadapi situasi ini. Rasul yang mengajarkan kita cara menghadapi tha’un, wabah mematikan melalui isolasi dan karantina mandiri. Rasul yang mengajarkan kepada kita, bagaimana mengambil jarak dengan sesama, yang melatih kita dari waktu ke waktu tanpa henti untuk selalu menjaga kebersihan jiwa dan raga, sehingga kita mampu berjarak dengan segala kotoran tubuh dan kotoran hati. Rasul yang mengajarkan kita, bagaimana kita harus menyegarkan kembali kekariban dan kemesraan dengan Allah.. yang berbilang tahun dan abad terampas oleh kekariban sesama yang tak selamanya murni.. Rasul yang mengajarkan kepada kita bagaimana harus selalu memelihara sikap qana’ah.. menerima realitas hidup sepahit apapun dengan keikhlasan sesungguh ikhlas. Rasul yang memandu kita, bagaimana memaknai hakikat silaturrahmi, sinergi, kolaborasi, dengan integritas diri.

Rasul yang mendidik kita bagaimana mesti menghidupkan relasi dan korelasi insani dalam kekerabatan dan persahabatan yang dihidupkan oleh keikhlasan kasih sayang antar sesama untuk bergerak di jalan taqwa, bukan bersekongkol di jalan sesat. Ta’awwani alal birri wat taqwa wa laa ta’awanu alal itsmi wal ‘udwan. Suatu sistem relasi korelasi sosial, bagaimana berjama’ah sesungguhnya, bagaimana menghidupkan jam’iyah, untuk akhirnya mewujudkan jumhurriyah yang sungguh bertujuan mencapai baldah thayyibah wa rabbun ghafuur.

Allahumma shalli alaa Muhammad wa alii Muhammad wa ashabih ajma’in.

Saudara-saudaraku.. marilah memaknai Iedul Fithri kali ini, sebagai sesungguh Iedul Fithri.. Moment yang harus kita rayakan dengan sukacita dan optimisme, karena kita disatukan oleh persamaan dan kesamaan komitmen tauhid.. tauhid.. dan tauhid.. untuk turut al Qur’an dan sunnah, jalan keselamatan.. bukan sekedar yakin usaha sampai, yang sering melencengkan kita lebih mendahulukan cangkang daripada suwung.

Inilah momentum amat berharga untuk kita menyadari hakikat tanggungjawab kita terhadap keluarga, menguatkan ketahanan keluarga, memelihara nasab untuk mengubah nasib. Menyadari sesadar-sadarnya, tugas mulia kita.. kuu anfusaakum wa ahlikum naara.. jagalah dirimu dan keluargamu dari petaka di dunia dan di akhirat.

Rasulullah Muhammad SAW yang telah memungkinkan kita mengambil iktibar atas bencana yang sedang mengepung kita, menyadarkan kita untuk mempersiapkan diri, untuk sekurang-kurangnya membayangkan hakikat sunyi, membayangkan hakikat diri yang terkepung, membayangkan alam kubur, membayangkan alam barzah, membayangkan hari kebangkitan untuk bergerak bersama ke padang mahsyar.

Kita dikepung oleh petaka kecil saat ini, untuk memahami isyarat Allah di dalam surah Al Zalzalah 1-8 :

Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),ndan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (menjadi begini)?”  Pada hari itu bumi mengabarkanberitanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka, Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar.. Allaahu Akbar kabiira.. walhamdulillahi katsiira.. wa subhanallahi bukrataw waasilaa.. laa ilaaha illallahu wa laa na’budu nillaa iyyaahu. Mukhlishiina lahuddiin
Walau karihal – kaafiruun. Walau karihal munafiqun. Walau karihal musyrikuun.

Laa – ilaaha – illallaahu wahdah, shadaqa wa’dah, wanashara ‘abdah, wa – a’azza – jundah, wahazamal – ahzaaba wahdah. Laa – ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar walillaahil – hamd.

Saudara-saudaraku.. marilah di hari nan fithri ini, kita merenung sejenak, memaknai hening, sebelum esok kita melangkah menuju peradaban baru… mari kita berdo’a.

BACA JUGA :  Luhut Pasang Bom Waktu

Allahumma shollì sholaatan kaamìlatan. Wa sallìm salaaman taaman ‘ala sayyìdìnaa Muhammadìn. Alladzì tanhallu bìhìl ‘uqadu, wa tanfarìju bìhìl kurabu.

Wa tuqdhaa bìhìl hawaa’ìju. Wa tunaalu bìhìr raghaa’ìbu wa husnul khawaatìmì wa yustasqal ghomaamu bì wajhìhìl karììmì, wa ‘alaa aalìhì, wa shahbìhì ‘adada kullì ma’luumìn laka.

“Ya Allah, sampaikan shalawat yang sempurna dan salam yang sempurna kepada junjunganku pemimpin utama Nabi Muhammad yang dengannya terlepas dari ikatan (kesusahan) dan dibebaskan dari kesulitan.”

“Dan dengannya juga ditunaikan hajat dan diperoleh segala keinginan dan kematian yang baik, serta memberi curahan (kebahagiaan) kepada orang yang sedih dengan wajahnya yang mulia, juga kepada keluarganya, para shahabatnya, dengan seluruh ilmu yang Engkau miliki.”

Hamdan syakirin, hamdan na’imin, hamdan yu’afi niamahu wayukafi mazidah. Yaa Rabbana lakal hamdu kamaa yambaghi lil jalali wajhikal karimi wa’adzimi sulthonik.

Ya Allah ya Tuhan kami, segala puji untukMu, pemelihara alam semesta. Segala puji atas karunia dan kenikmatan yang Engkau limpahkan kepada kami. Segala puji atas keagunganMu, segala puji atas kemuliaanMu dan kekuasaanMu. Limpahkanlah shalawat dan salam kepaa junjungan kami nabi muhammad saw dan para pengikutnya sampai di akhir zaman.

Allahumma inna nas’aluka salamatan fiddien, wa’afiyatan fil jasadi, waziyadatan fil ilmi, wabarokatan fir rizki, watawbatan qablal mawt, warahmatan indal mawt, wamaghfiratan ba’dal mawt. Allahumma hawwin ‘alayna fi sakaratil mawt, wa najata minannari, wa afwa indal hisab.

Ya Allah.. wahai Tuhan kami, kami mohon keselamatan agama, kesehatan jasmani, bertambahnya ilmu dan berkah rizki, dapat bertaubat sebelum mti, mendapat rahmat ketika mati, dan memperoleh ampunan setelah mati. Ya Allah, mudahkanlah kami paa gelombang sakaratul maut. Bebaskanlah kami dari azb nerakaMu dan memperoleh ampunan ketika kami dihisab.

Rabbana dzalamna anfusana wa illam taghfirlana watarhamna lana kunanna minal khasirin.

Ya Allah Ya Tuhan kami, kami sungguh telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami maka niscaya kami termasuk golongan orang yang merugi.

Rabbana latuzigh qulubana ba’da idzhadaitana wahablana minladunka rahmah, innaka antal wahhab.

Ya Allah ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau tunjukkan kebenaran cahaya NurMu kepada kami. Karuniakanlah rahmat dari sisiMu karena sesungguhnya Engkaulah pemberi rahmat.

Rabbanaghfirlana wali ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman wala taj’al fi qulubina ghillalil ladzina amanu rabbana innaka raufurrahim.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkau biarkan kekotoral mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Rabbanaghfirlana wali ikhwaninal ladzina sabaquna bil iman wala taj’al fi qulubina ghillalil ladzina amanu rabbana innaka raufurrahim.

Ya Allah ya Tuhan kami, ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan membawa iman. Dan jangan Engkau biarkan kekotoral mengisi hati kami. Sungguh Engkau Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Ya Allah.. sekali ini, tak sanggup kami menyeru tentang kemenangan, karena ibadah kami belum jua sampai kepada kunci kemenangan yang Engkau sediakan. Kami masih jahil, masih belum mampu mendisiplkinkan diri.. Jarak kami dengan sesama manusia, dengan kampung halaman, dengan mal dan pasar, masih lebih dekat dibandingkan dengan jarak kami ke rumah-Mu, ke masjid dan mushalla.. Jarak kami dengan-Mu masih begitu jauh, langkah kami di jalan syari’at masih melenceng ke kiri dan ke kanan, bagaimana mungkin kami mendapat thariqat-Mu.. owh Allah, sebagian kami sudah tepat di jalan syari’at dan beroleh thariqat-Mu, tak jua pandai kami memaknai tanda-tanda telah melangkah di jalan hakikat.. Owh.. bagaimana mungkin, tanpa karunia-Mu, kami akan sampai ke jalan Ma’rifat… karena kami lebih sering memilih jalan maksiat kepada-Mu..

Ya.. Allah.. di hari kesucian ini, mohon dengan sangat, Engkau kembalikan kami kembali ke azimuth shiratal mustaqiim, agar kami bisa berjejak di lintasan ma’rifat untuk sampai kepada keridhaan-Mu. Ya Allah, mungkinkan kami.. teguh memegang amanat, sehingga terhindar dari khianat. Agar Rahmat tidak berubah menjadi laknat. Ampuni kami.. ampuni kami..

Rabbana atina fiddunya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqina adzabannar.

Ya Allah Ya Tuhan kami, limpahkanlah kepada kami kebahagiaan di dunia dan di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab api nerakaMu.

Washollallahu ‘ala muhammadin wa’ala alihi wa ashabihi ajma’iin. Subhana rabbika rabbil izzati amma yashifuun wassalamun ‘alal mursaliin. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.

Taqaballahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, taqabbal Ya Kariim. Semoga Allah menerima amal ibadah dan puasa kita dalam keridhaan Allah.

Mohon ma’af  lahir bathin… |

Komentar