Alumni Lemhanas Serukan Rakyat Indonesia Bela Said Didu, Bela Negara

TILIK.id, Jakarta — Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu dilaporkan olehb Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan. Laporan polisi diajukan pada 8 April dan ditindaklanjuti pada 17 April, kemudian dipanggil untuk disidik pada 4 Mei 2020.

Luhut menganggap Said Didi mencemarkan nama baiknya atas kritikan-kritikannya terkait kebijakannya. Terakhir Said Didu menyebut Luhut lebih memilih uang dan uang daripada menyelamatkan rakyat dari virus corona.

Namun, Said Didu tidak gentar. Dia siap menghadapi risiko apa yang diyakininya benar. Dan Said tidak sendiri. Ratusan tokoh dan aktivis serta praktisi pasang badan untuk Said Didu.

Selain ribuan tanda tangan mendukung Said Didu dalam bentuk petisi, juga ada suara lantang dari seorang mantan peserta Lemhanas yang mengeluarkan pernyataan ajakan membela Said Didu dari seorang penjajah.

Ya Anton Permana menulis ajakan untuk membela Said Didu. Said dianggap pahlawan melawan penjajah yang justru adalah seorang pribumi. Selain tulisan, ajakan itu juga direkam dalam bentuk audio dan kini viral di media sosial.

BACA JUGA :  Pernyataan Aktivis HMI Sumbar Kontras dengan Keyakinan Publik

“Perlu untuk kita pahami bersama, yang diperjuangkan Said Didu hari ini adalah nasib rakyat Indonesia. Yang dibela Said Didu adalah KITA, hak rakyat, kedaulatan bangsa, kehormatan merah-putih, dan tegaknya nilai Pancasila dalam negara Indonesia,” kata Anton Permana dalam tulisannya.

Berilkut pernyataan lengkap ajakan Anton Permana untuk membela Said Didu:

Salam Merah-Putih. Salam Indonesia Jaya!

Wahai saudara-saudariku sebangsa dan setanah air dimanapun berada.

Perlu untuk kita pahami bersama, yang diperjuangkan Said Didu hari ini adalah nasib rakyat Indonesia. Yang dibela Said Didu adalah KITA, hak rakyat, kedaulatan bangsa, kehormatan merah-putih, dan tegaknya nilai Pancasila dalam negara Indonesia.

Yang dilawan Said Didu adalah wajah tirani, kesombongan, keangkuhan, penjajahan, penjarahan, pengkhianatan, dan kesewenang-wenangan.

Apa yang dilakukan Said Didu hari ini adalah sama dengan apa yang telah dilakukan para pahlawan dan pejuang bangsa ini terdahulu. Seperti Sultan Hasanudin dari Makasar. Seperti Panggeran Diponegoro dari Jawa. Kapitan Pattimura dari Ambon. Tuanku Imam Bonjol dari Minangkabau. Teuku Umar dan Teuku Cik Ditiro dari Aceh Darussalam. Si Pitung dari Betawi. Dimana semua bertaruh nyawa secara ksatria membela bangsa, melawan kesewenang-wenangan penjajah Belanda. Tapi hari ini penjajah itu adalah pribumi antek-antek asing China.

Said Didu adalah simbol perlawanan negeri ini kepada konspirasi keserakahan.

Untuk itu wahai para pemuda, pemudi, jiwa-jiwa yang masih ada merah putih di dadanya, yang masih ingin melihat Indonesia tetap ada selamanya.

Mari bangkit bersama, tegakkan kepalamu, pertiwi memanggil kita. Kita buktikan bahwa darah kakek nenek moyang kita mengalir deras dalam tubuh kita. Darah para syuhada yang telah tumpah demi kemerdekaan negeri ini. Demi kita semua anak cucu mereka.

Saatnya tongkat estafet itu kita ambil sekarang juga. Negeri kita sedang dijajah. Negeri kita sedang dijarah.

Mari bersama kita dukung dan bela Said Didu. Kita buktikan rakyat Indonesia masih ada. Rakyat Indonesia bukan budak jonggos pengecut. Rakyat Indonesia harus berdaulat di negerinya sendiri. Rakyat Indonesia adalah banteng-banteng, garuda-garuda, harimau-harimau, badak-badak perkasa penjaga bumi nusantara. Merdeka !!! Allahu Akbaru !!! NKRI Harga Mati !!!
Salam Merah Putih !!!
Salam Indonesia Jaya !!!

Anton Permana
Kader FKPPI dan Alumni Lemhannas RI PPRA LVIII Tahun 2018

Komentar